Islamic Painting Club

Islamic Painting Club
Karya : GUNUNG SUKATON, Pengelola SEKAR IMAGE

Senin, 29 Juli 2019

Perilaku anak berdasarkan usia

Mengenali Perilaku Normal Anak Berdasarkan Usianya

Oleh Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Yusra Firdaus - Dokter Umum

Selain memenuhi kebutuhan nutrisi anak, orangtua juga perlu memerhatikan perilaku si kecil. Pasalnya, perilaku tidak normal yang ditunjukkan si kecil bisa menjadi pertanda serius adanya masalah perilaku. Supaya bisa dideteksi lebih awal, perhatikan ulasan mengenai sikap anak yang normal dan tidak yang sesuai usia berikut ini.

Sikap normal anak sesuai dengan usianya

Normalnya perilaku si kecil, menandakan bahwa ia sehat secara mental. Mari lihat lebih jelas sikap normal yang umumnya ditunjukkan buah hati Anda sesuai dengan usianya di bawah ini.

1. Perilaku normal anak usia 4 hingga 5 tahun

Pada usia ini, anak-anak sudah mulai menunjukkan kemandirian. Ia mungkin akan lebih sering mengucapkan “tidak”, “jangan”, atau “biar aku saja” ketika menghadapi suatu hal.

Baca juga ini :
kecerdasan-buatan
Kata-kata tersebut diucapkan anak untuk meyakinkan orang lain bahwa ia bisa melakukan suatu tugas sederhana sendiri tanpa bantuan orang lain.
Hal ini mungkin akan membuatnya terlihat sedikit keras kepala. Namun, saat si kecil tidak mampu menyelesaikan tugas tersebut sendiri, ia akan meminta bantuan Anda. Maka itu, biarkan tahap ini menjadi ajang untuknya mengembangkan sikap kemandirian dan rasa percaya diri.
Pada usia ini, akan akan tetap menunjukkan kemarahan. Namun, menjelang prasekolah biasanya kontrol emosi anak menjadi lebih baik. Dibanding menunjukkan sikap agresif, si kecil kemungkinan lebih banyak mengutarakan kemarahannya lewat kata-kata.
Untuk anak usia ini, teknik mendisiplinkan anak yang paling bagus adalah metode time out. Metode ini memungkinkan anak memiliki waktu menyendiri untuk menenangkan diri dan melepaskan kemarahannya.

2. Perilaku normal anak usia 6 hingga 9 tahun

Memasuki usia sekolah, anak memiliki tanggung jawab yang lebih banyak dari sebelumnya. Contohnya, belajar, membersihkan kamar, atau menjaga kebersihan dirinya sendiri.
Sesekali anak mungkin akan merasa malas dan melanggar aturan. Namun, dengan adanya penerapan hukuman, anak tentu akan mengikuti aturan yang Anda buat.
Anak akan mulai menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri dan mencoba berbagai hal baru. Jika ia mengalami kegagalan, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk bangkit kembali dan menata emosinya. Pada saat ini, kehadiran Anda sangat dibutuhkan untuk memberinya dukungan.
Teknik mendisiplinkan anak yang cocok untuk usia ini adalah menerapkan sistem hadiah (reward) dan hukuman (punishment).
Jika ia melakukan sesuatu yang baik dan membanggakan, tunjukkan apresiasi Anda untuk menghargainya. Namun, terapkanlah hukuman bila ia melakukan sebuah kesalahan.

3. Perilaku normal anak usia 10 hingga 12 tahun

Tanggung jawab yang semakin besar dan pola pikir yang lebih dewasa, membuat anak menjadi lebih pandai menyampaikan pendapatnya.
Anda mungkin mendapati anak yang menuju remaja ini bersikap menentang ketika merasa sesuatu tidak sesuai dengan pemikirannya.
Sayangnya, rasa penasaran anak pada usia ini menjadi lebih besar. Sering kali mereka melakukan sesuatu tanpa berpikir dua kali alias tidak memikirkan konsekuensinya.
Agar anak tidak salah mengambil keputusan, pendekatan antara orangtua dan anak sangat diperlukan. Cobalah untuk membuka percakapan mengenai bagaimana perasaannya dan apa saja masalah yang ia hadapi di sekolah maupun lingkungan.

4. Perilaku normal anak usia 13 tahun

Memasuki fase menjadi remaja, anak sering kali mudah terbawa pergaulan dan kerap kali membuat keputusan yang tidak sehat.
Anda mungkin memerhatikan perubahan cara ia berpakaian, berbicara, atau merias diri. Ini wajar, karena anak sedang membangun identitas diri.
Pada usia ini, anak mungkin akan melakukan pemberontakan untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kendali atas kehidupan mereka sendiri.
Membuka pembicaraan untuk memecahkan masalah merupakan cara efektif untuk mengatasi perilaku buruk anak pada usia ini. Anda perlu memastikan jika anak mengambil keputusan yang benar, paham dengan tanggung jawab dan konsekuensinya.

Tanda adanya masalah perilaku pada anak

mengatasi anak manja menghadapi anak manja
Bersikap nakal dan membuat ulah adalah bagian dari perkembangan anak. Hanya saja, kenakalan ini masih bisa Anda kendalikan.
Bila sikap buruk anak membuat Anda dan keluarga kewalahan, Anda patut mencurigai adanya masalah perilaku yang terjadi pada anak.
Dilansir dari laman Medline Plus yang dikelola oleh National Institute of Health, ada beberapa tanda yang menjadi peringatan adanya perilaku tidak normal pada anak, di antaranya:
  • Melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain
  • Suka berbohong atau mencuri
  • Sering merusak sesuatu dan sering bolos
  • Sering tantrum (mengamuk) dan tidak segan-segan memukul atau menggigit
  • Sering melanggar peraturan yang diterapkan di rumah, sekolah, dan lingkungan
  • Suasana hati sangat mudah berubah
Tanda-tanda tersebut bisa jadi merupakan gejala dari depresi, penyakit bipolar, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), atau autism spectrum disorder. Jika Anda ragu atau mencurigai sesuatu, tak ada salahnya berkonsultasi ke dokter ataupun psikolog.
Dengan begitu, Anda akan mengetahui cara yang tepat memperlakukan anak Anda.

Teori Montessori

Mengenal Metode Pendidikan Montessori: Membebaskan Anak untuk Bereksplorasi

Oleh Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum
Montessori adalah metode pendidikan yang ditemukan Maria Montessori kurang lebih 100 tahun lalu. Pola pendidikan modern ini dianggap berbeda dengan gaya pendidikan yang lainnya. Apa yang membedakannya? Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini.

Apa itu metode pendidikan montessori?

Montessori adalah metode pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Beliau merupakan lulusan dari sekolah kedokteran pada tahun 1869 dan menjadi salah satu dokter wanita pertama di Italia.
Pekerjaannya sebagai dokter mempertemukan ia dengan anak-anak, sejak itulah Dr. Montessori mulai tertarik dengan dunia pendidikan dan mengembangkan metode ini sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental.
Ciri-ciri metode pendidikan montessori adalah adanya penekanan terhadap aktivitas pengarahan diri pada anak, dan pengamatan klinis dari guru yang berfungsi sebagai fasilitator atau pendamping. Metode ini juga menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar dengan tingkat perkembangan anak dan peran aktivitas fisik dalam menyerap mata pelajaran secara akademis maupun keterampilan praktik secara langsung. 
Tidak sampai di situ saja, metode ini juga menggunakan peralatan auto correction untuk membantu anak belajar dengan baik. Penggunaan peralatan tersebut bertujuan agar anak mengerti soal benar atau salah terhadap perbuatan yang telah dilakukan, sehingga anak bisa mengoreksi dirinya sendiri. Nah, hal ini tanpa disadari membuat sang anak menjadi lebih paham atas kesalahan yang dilakukan, tanpa perlu diberitahu oleh pendidiknya. Itu sebabnya, sekolah dengan metode ini tidak mengenal adanya reward dan punishment (hadiah dan hukuman).

Apa bedanya metode montessori dengan metode pendidikan lainnya?

Pada dasarnya, metode pendidikan montessori hampir serupa dengan sistem reguler, karena masih melibatkan peran murid dan guru. Namun, di sekolah reguler, semua pelajaran yang diajarkan berdasarkan kurikulum, sehingga mau tak mau anak-anak “dipaksa” untuk mengerti semua hal yang diajarkan. Sedangkan di sekolah yang menerapkan metode pendidikan montessori, anak-anak diajarkan untuk mandiri.
Dengan metode montessori, anak-anak akan belajar melakukan sendiri kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, seperti merapikan tempat tidur, mencuci piring sehabis makan, mengancing baju sendiri dan lain-lainnya. Tidak hanya itu, anak-anak yang belajar dengan metode montessori juga akan bermain dengan aneka permainan yang mendidik.
Meski terkesan memiliki metode pendidikan yang bebas dan tidak beraturan, pelajaran yang diajarkan dalam metode ini memiliki artian dan tujuan pendidikan tertentu dan bisa dipilih anak sesuai dengan kegemarannya, yang sesuai dengan usianya.
Sistem pendidikan yang menggunakan metode ini mengenal lima area belajar utama yaitu, latihan kehidupan sehari-hari atau Exercise of Practical Life, pembelajaran melalui panca indra/sensorial, bahasa/Language, dunia sekitar/Cultural, dan matematika/Math.

Meskipun anak bebas bereksplorasi, namun tetap ada aturannya

Metode belajar montessori memang secara tidak langsung membantu menumbuhkan keinginan belajar dari anak-anak. Pasalnya, setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Itu sebabnya, dalam metode ini anak-anak dibiarkan bereksplorasi melakukan hal yang mereka sukai. Hal ini dikarenakan, anak-anak jika terlalu banyak dilarang, akhirnya justru akan menjadi bosan dan malas belajar.
Di sekolah, meski anak dibebaskan bereksplorasi, anak-anak tetap berada dalam prepared environment. Maksudnya adalah anak-anak berada dalam lingkungan atau ruangan yang aman, bersih, mendukung anak mengeksplorasi. Namun, terdapat aturan yang jelas dan bebas berbatas.
Dengan konsep dasar seperti ini, anak-anak bebas belajar apa pun dengan teratur. Anak-anak boleh berkreasi dengan berbagai peralatan di kelas dengan teratur dan bergantian dengan temannya. Anak-anak juga boleh berbicara di kelas selama tidak mengganggu teman-temannya yang lain.
Tidak hanya di sekolah, metode ini pun juga bisa Anda terapkan di rumah. Sehingga diharapkan anak pun akan menikmati setiap proses belajar selama masa pertumbuhannya. 

Minggu, 28 Juli 2019

Menciptakan suasana Belajar yang menyenangkan

Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan




Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan merupakan dambaan bagi seorang guru atau tenaga pendidik, dengan menciptakan suasana  belajar yang menyenangkan maka akan melahirkan semangat belajar dari para siswa dan pastinya akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang lebih baik, kata menyenangkan biasanya timbul disaat anak-anak (peserta didik) bermain, bermain merupakan kegiatan mengasyikkan dan menyenangkan bagi siswa, jadi guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran sehingga proses belajar lebih menyenangkan seperti bermain sehingga sekolah tidak dianggap sebagai tempat yang membosankan namun  sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa.
Seperti yang telah dijelaskan pula dari Quantum Learning sendiri bahwa belajar itu haruslah mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira  sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik. Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati. Ini diperoleh melalui perlakuan guru dan orang tua melalui dorongan dan motivasi mereka. Sebenarnya yang diperlukan oleh siswa dalam belajar adalah rasa percaya diri.
Jangan lupa baca : Membuat suasana belajar yang menyenangkan
Oleh karena itu, tugas orang tua dan guru  tentu saja menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Dari pengalaman hidup, kita menemukan begitu banyak anak yang ragu-ragu atas apa yang mereka pelajari sehingga mereka perlu didorong dan diberi semangat lewat bahasa cinta dan perlakuan adil bagi mereka. Langkah inovatif yang dapat dilakukan adalah bagaimana eksistensi dinding-dinding kelas yang pada dasarnya benda mati tersebut menjadi bermakna dan berbicara terhadap siswa pada khusunya dan bagi seluruh warga sekolah pada umumnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah

“Bagaimana menciptakan dinding-dinding sekolah dan ruang-ruang kelas yang mati ini menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat menggairahkan nafsu belajar siswa”.
Jawaban dari pertanyaan diatas adalah tidak lain adalah diperlukan suatu langkah kreatif seorang guru. Hal ini tentunya merupakan suatu langkah inovatif yang pada kenyataannya akan berbeda dengan kondisi realita dan mayoritas yang ada dilapangan saat ini. Pada kebanyakan orang dan pada kebanyakan guru bisa saja kegiatan ini dianggap sebagai kegiatan yang mengada-ada. Namun justru disinilah letak nilai inovatif itu sendiri muncul, sebab kegiatan yang bersifat inovatif akan dirasakan hal yang asing oleh orang lain, sebab hal semacam itu sebelumnya jarang atau bahkan mungkin belum ada.
Suasana belajar adalah faktor penentu keberhasilan mencapai sasaran belajar. Prinsip belajar orang dewasa dan anak-anak pada hakikatnya sama, yaitu melalui penjelajahan (eksplorasi) dan suasana hati gembira (fun). Seorang guru idealnya kreatif mendesain lingkungan belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan atau dalam istilah Gordon Dryden disebut orkestra lingkungan belajar.

Lalu apa yang perlu disiapkan?

  1. Desain ruang kelas, desainlah ruang kelas dengan hal-hal yang bisa membuat suasana hati ceria, agar siswa merasa lebih senang untuk belajar.
  2. Bila perlu ciptakan suasana kelas yang mirip pesta, ada balon, lampion, dan hiasan-hiasan dinding.
  3. Siapkan musik pengiring ketika presentasi atau ketika siswa mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya yang telah diremcanakan. Akan lebih baik jika memakai musik klasik yang direkomendasikan oleh Dr Lazanov (Mozart, Vivaldi, Bethoven).
  4. Seluruh atmosfer kelas harus benar-benar bersahabat, tidak ada tekanan, apalagi ancaman.
Stocwell (seorang pelatih pendidikan terkemuka di Eropa) menjelaskana bahwa poster berwarna di dinding yang didesain dengan baik sangatlah penting karena merangsang  periferal otak. Kehadirannya yang konstan diruang kelas menyampaikan isinya di memori otak walaupun tidak didasari oleh anak. Stocwell juga menjelaskan tentang psikologi warna. Merah adalah warna peringatan, biru melambangkan kesejukan, kuning warna kecerdasan, hijau dan coklat mempunyai efek menentramkan, hangat dan ramah. Poster yang baik dapat membuat kesan di memori jangka panjang, menciptakan gambaran memori yang dapat dipanggil kembali jika dibutuhkan, walaupun tidak pernah dipelajari secara sadar.

Penerapan Joyfull Learning

Joyfull Learning dapat dilakukan dengan memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif kepada anak dan meberikan lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua anak. Dengan kata lain, semua anak merasakan bahwa :
1.    Kondisi mereka sekecil apapun dihargai
2.    Mereka merasa aman (fisik dan psikis) dalam lingkungan belajar
3.    Gagasan mereka dihargai (Stufflebeam, 1965)
Dengan kata lain anak harus dihargai apa danya. Mereka harus merasa aman, bisa mengekspresikan pendapatnya, dan sukses dalam belajarnya.
Kerangka inilah yang membantu anak-anak menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui penciptaan kelas yang lebih “menyenangkan”.
Oleh karena itu, guru diharapkan  untuk tidak membatasi argumen siswa, karena dengan mendengarkan argumen siswa, mereka merasa lebih diperharikan dan merasa nyaman berada dikelas. Selain itu penataan kelas juga membuat siswa merasa nyaman dan senang berasa dikelas.
Dave Meier menyatakan bahwa belajar menyenangkan  (joyfull learning) adalah sistem pembelajaran yang berusaha untuk membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna, pemahaman , nilai yang membahagiakan pada diri siswa, membuat siswa tertarik untuk belajar merupakan sebuah tantangan bagi guru, karena membuat siswa tertarik untuk belajar tidak semudah menjelaskan teori yang ada dibuku.
Jangan lupa baca : Bagaimana membuat siswa tertarik untuk belajar ?
Sebelum dikenakan pada tujuan pembelajaran joyfull learning lebih dulu mengetahui tujuan pendidikan  nasional sesuai undang-undang no.02 untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menegembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Siswa akan terdoromg untuk terus belajar jika pembelajaran diselenggarakan secara nyaman dan menyenangkan , sehingga siswa terlibat secara fisik dan psikis. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan keceerdasan siswa. Guru juga perlu memberikan penghargaan bagi sisiwa yang berpartipasi. Penghargaan dapat bersifat material dan penghargaan, nilai, penghargaan applaus.
Sedangkan tujuan dari pembelajaran yang menyenangkan sendiri adalah menggugah sepenuhnya kemampuan belajar dari pelajar, membuat belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagian, kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka sebagai manusia.
Jangan lupa baca juga artikel lainnya Metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan