Islamic Painting Club

Islamic Painting Club
Karya : GUNUNG SUKATON, Pengelola SEKAR IMAGE

Senin, 27 Agustus 2018

Al Hufaz


Selasa, 14 Agustus 2018

Kerajinan Tanah Liat


Kerajinan dari Tanah Liat yang Mudah Dibuat


Ada banyak sekali bahan di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan untuk membuat suatu karya seni yang bernilai tinggi. Seperti kerajinan dari tanah liat yang memiliki nilai lebih dari pada kerajinan bahan yang lain. Tanah liat merupakan suatu bahan yang bisa dibuat aneka kerajinan tangan.
Bahan ini banyak dipakai karena memiliki tekstur lunak dan mudah dibentuk, sehingga karya yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai estetika tapi juga memiliki nilai guna untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi ada juga karya yang dibuat hanya untuk pajangan, sehingga pembuatannya juga di titik beratkan pada nilai estetikanya daripada nilai gunanya.

Kerajinan Tangan dari Tanah Liat


Contoh Kerajinan Tangan dari Tanah Liat
Sumber Gambar : http://umkmjogja.com/

Di sekolahan biasanya siswa sering mendapat tugas untuk membuat kerajinan tangan, dan sebagian besar dari mereka merasa bingung harus membuat kerajinan apa.

Padahal kalau mereka mau berfikir cerdas tinggal memperhatikan benda-benda yang ada disekitar tempat tinggalnya. Karena di lingkungan kita saat ini mudah sekali dijumpai aneka jenis kerajinan salah satunya adalah kerajinan dari tanah liat. Contoh kerajinan tangan lain yang ada disekitar kita adalah tempat pensil, miniatur benda, atau mungkin barang-barang pecah belah seperti mangkok, piring gelas, itu semua merupakan benda hasil karya kerajinan tangan.
Kamu bisa mencari contoh kerajinan yang simpel dan mudah untuk ditiru, dengan begitu kamu tidak akan susah untuk membuat kerajinan tersebut. Oke, agar kamu tidak bingung lagi membuat kerajinan tangan dari tanah liat berikut adalah contoh kerajinan dari tanah liat yang mudah untuk dibuat.
Artikel Terkait : Kerajinan dari bahan lunak

Cara Membuat Kerajinan dari Tanah Liat

Untuk membuat kerajinan dari tanah liat keuletan serta kesabaran sangat diperlukan, karena proses membuatnya yang memerlukan waktu yang cukup lama.

Hal pertama yang harus kamu lakukan sebelum membuat kerajinan ini adalah menyiapkan selurah peralatan serta bahan-bahan yang akan digunakan. Hal ini akan mempermudah pada saat mengerjakan karya dari tanah liat. Sebenarnya banyak cara untuk membuat kerajinan dari tanah liat, ada yang langsung menggunakan tangan langsung tanpa menggunakan alat bantu, ada juga yang menggunakan alat mencungkil atau menoreh teknik ini dikenal dengan teknik membutsir.
Satu lagi teknik yang biasa digunakan untuk membuat kerajinan dari tanah liat adalah dengan menggunakan pemutar, biasa ini digunakan untuk membuat kerajinan seperti keramik, vas bunga, gentong dan lain-lain. Kali ini kita akan membuat kerajinan tangan sederhana dengan menggunakan tanah liat. Kita cukup menggunakan tangan kita untuk membuatnya.

Membuat  Souvenir Unik dari Tanah Liat


Kerajinan Tangan dari Tanah Liat





Sumber Gambar : http://lokersekolah.org/


Untuk membuat kerajinan ini cukup mudah, kita hanya memerlukan bahan-bahan sederhana yang ada di sekitar kita seperti tanah liat, dan juga peralatan lain untuk memperindah tampilanya.


Kerajinan dari Tanah Liat
Cara membuat Kerajinan dari Tanah Liat

  • Langkah pertama adalah menyiapkan adonan dari tanah liat.
  • Selanjutnya gepengkan tanah liat sampai berbentuk bulat dan pipih, usahakan agar ketebalan tanah merata.
  • Untuk membuat ukiran atau gambar di atas adonan tanah, kamu bisa menempelkan kain yang mempunyai tekstur timbul, sehingga bila ditempelkan pada adonan akan menimbulkan bekas seperti pola pada kain.

Kerajinan dari Tanah Liat
Kerajinan dari Tanah Liat Sederhana

  • Setelah adonan mempunyai gambar pada permukaannya langkah selanjutnya adalah dengan membuat lubang pada bagian pinggir, lubang ini bisa digunakan untuk membuat gantungan.
  • Setelah itu gunakan mangkok kecil, masukan adonan pada mangkok, lalu lapisi semua permukaan mangkok dengan menggunakan tanah liat. Sehingga akan terlihat sebuah manggkok yang terbuat dari tanah liat.
  • Untuk hasil akhir kamu bisa menambahkan pewarna pada karya ini agar terlihat lebih menarik.
  • Untuk lebih jelasnya kamu bisa memperhatikan langkah-langkahnya pada gambar, bila belum berhasil cobalah terus dengan mengulangi dari awal. Ingat kunci sukses membuat kerajinan ini adalah ketekunan.

Membuat Hiasan Bunga dari Tanah Liat


Keranjang dari Tanah Liat
Sumber Gambar : lokersekolah.org/

Untuk membuat kerajinan keranjang hias ini cukup simpel, kita hanya memerlukan bahan tanah liat (clay) yang bisa didapatkan di lingkungan sekitar kita atau di toko-toko yang menyediakan bahan ini.

Pada dasarnya untuk membuat bunga mawar dari tanah liat sangat mudah, kamu cukup membuat kelopak bunganya saja dan menggabungkannya menjadi satu bagian. Bila kamu tidak bisa membuatnya, kamu bisa mengikuti langkah-langkah untuk membuat bunga hasil dari kerajinan tanah liat.

Kerajinan dari Tanah Liat
Kerajinan Tanah Liat

  1. Tahap pertama untuk membuat kerajinan ini adalah membuat adonan dari tanah liat, adonan yang dibuat jangan terlalu lembek agar mudah untuk dibentuk. Pipihkan adonan secara memanjang menggunakan tangan, setelah itu gulung adonan secara melingkar sehingga membentuk kelopak bunga. Untuk lebih jelasnya bisa melihat gambar.Bunga dari Tanah Liat.
  2. Pada tahap kedua ini kita akan membuat kelopak bunga sama seperti langkah pertama. Yang membedakan adalah kita harus menempelkan kedua kelopak bunga agar menyatu, berikan sedikit adonan cair pada kelopak bunga yang pertama setelah itu tempel kelopak bunga yang kedua secara memutar.
  3. Setelah kelopak kedua jadi, kamu bisa menambahkan satu kelopak bunga lagi supaya tampilan karya kamu lebih menarik. Dan jadilah bunga dari tanah liat yang indah, untuk mempercantik tampilannya kamu bisa menggunakan pewarna.

Bunga dari Tanah Liat
Bunga dari Tanah Liat
Bunga Mawar dari Tanah Liat
Bunga Mawar dari Tanah Liat

Dari beberapa contoh kerajinan dari tanah liat di atas kamu bisa membuat kreasi sendiri, misalkan dengan menambahkan hiasan atau membuat desain atau bahkan membuat barang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Cobalah untuk membuat karya sederhana tapi tetap memiliki nilai estetika dan nilai guna, dengan begitu kamu akan bisa membuat karya yang disukai banyak orang. Liat juga tulisan lainnya tentang kerajinan anyaman bambu yang ada di nusantara.

Kurikulum Pendidikan Karakter

Apa Itu Karakter?

Dennis Coon dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat.

Beda Karakter dan Kepribadian

Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Setiap kepribadian pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, baik pada aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4, yaitu : Koleris – Sanguin – Plegmatis – Melankolis.
Nah, Karakternya dimana? Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter.

Mengapa Seorang Anak Butuh Pendidikan Karakter?

Pada dasarnya, pada perkembangan seorang anak adalah mengembangkan pemahaman yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja, mempelajari ”aturan main” segala aspek yang  ada di dunia ini . Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter

Ada 3 Cara Mendidik Karakter Anak:

1. Ubah Lingkungannya, melakukan pendidikan karakter dengan cara menata peraturan serta konsekuensi di sekolah dan dirumah.
2. Berikan Pengetahuan, memberikan pengetahuan bagaimana melakukan perilaku yang diharapakan untuk muncul dalam kesehariannya serta diaplikasikan.
3. Kondisikan Emosinya, emosi manusia adalah kendali 88% dalam kehidupan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya dan memberikan informasi yang tepat maka informasi tersebut akan menetap dalam hidupnya.

Karakter Apa Yang Perlu Ditumbuhkan dan Dibentuk?

  1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
  2. Kemandirian dan Tanggung Jawab
  3. Kejujuran atau Amanah, Diplomatis
  4. Hormat dan Santun
  5. Dermawan, Suka Tolong Menolong & Gotong Royong
  6. Percaya Diri dan Pekerja Cerdas
  7. Kepemimpinan dan Keadilan
  8. Baik dan Rendah Hati
  9. Karakter Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan.

Saat ini kami memiliki 3 program yang menjadi fokus dari kurikulum kami, yaitu :

1. Training Guru

Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang “bermasalah” dengan perilakunya.

2. Program Kurikulum Pendidikan Karakter

Kami memberikan sistem pengajaran dan materi yang lengkap (untuk 1 tahun ajaran) serta detail dan aplikasi untuk sekolah dan materi untuk orang tua murid. Materi ini telah diuji coba lebih dari 5 tahun, disamping itu dalam program ini ada pendampingan dan training khusus untuk guru.
Training khusus guru ini dikhususkan untuk menciptakan suksesnya pendidikan karakter disekolah, disamping pemberian materi yang “advance” dari program training guru pertama. Karena disini para guru akan mempelajari aspek psikologi manusia (bukan hanya anak, tetapi untuk dirinya sendiri) dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik pada dirinya, murid dan keluarga. Guru akan memiliki “tools” untuk membantu menciptakan anak yang berkarakter lebih baik.

3. Program Bimbingan Mental

Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.

Kamis, 09 Agustus 2018

Membuat Pola Batik

Langkah-langkah Membuat Pola Batik

Sebelum memulai berlatih menggambar pola batik kita harus mengetahui lebih dulu bagian-bagian gambar motif dalam sebuah pola batik, yaitu :

1. Ornamen Pokok
2. Ornamen Isian (isen-isen)
3. Ornamen Pengisi Bidang

1. Ornamen Pokok
    Yang dimaksud gambar ornamen pokok yaitu bagian pola yang akan dijadikan pola utama, misalnya Di dalam batik yang berpola buketan maka pola pokoknya adalah berupa garis-garis gambar buket.

2. Ornamen Isian (isen-isen)
    Isian adalah gambar-gambar yang berfungsi untuk mengisi dan melengkapi gambar ornamen pokok. Ornamen isian atau isen dalam batik terdiri dari garis-garis dan titik-titik Isian (isen) yang berbentuk garis-garis disebut dengan sawut. Isian (isen) yang berbentuk titik-titik disebut dengan cecek.Sehingga isen yang terdiri dari titik dan garis disebut dengan sawut cecek.
Selain dari dua bentuk di atas, juga ada jenis isian batik yang lain diantaranya :
a. sisik
b. sisik melik
c. herangan
d. gringsing
e. sirapan
f. cacah gori

3. Ornamen Pengisi
    Yaitu pola-pola batik yang berfungsi mengisi bidang kain diluar ornamen pokok. Biasanya pola-pola pengisi bidang dibuat dengan ukuran kecil menyebar diseluruh dasar kain. Ornamen pengisi ini bisa berbentuk motif tumbuhan, binatang, ceplokan, atau motif geometris lainnya.

Jadi di dalam membuat gambar pola batik langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Membuat gambar ornamen pokok terlebih dahulu.
2. Gambar ornamen pokok yang sudah jadi diberi isen-isen pada setiap bagiannya.
3. Bidang-bidang kain yang diluar motif pokok atau disekeliling yang masih kosong dilengkapi dengan ornamen pengisi sesuai keinginan kita.

Berikut beberapa bentuk-bentuk motif Isian (isen-isen) :


cacah gori
cecek
cecek pitu
gelaran
gringsing
herangan
kembang cengkeh
kembang jeruk
kembang lombok
manggaran
mata deruk

rambutan
sawut
sawut cecek
sirapan
sisik
sisik melik
ukel

Berikut adalah gambar bagian-bagian ornamen pada sebuah pola motif batik :

Seni Rupa Murni

contoh seni rupa murni

Ragam Hias Batik

Contoh Gambar Ragam Hias Flora


Ragam Hias Flora dan Fauna

Ragam Hias Flora dan Fauna

Ragam Hias Flora dan Fauna

Ragam Hias Flora dan Fauna

Ragam Hias Flora dan Fauna

Ragam Hias Flora dan Fauna

water color


Senin, 06 Agustus 2018

Ciri-ciri Sekolah Yang Baik

Ciri-Ciri Sekolah Yang Baik Untuk Peserta Didiknya

Ciri-Ciri Sekolah Yang Baik Untuk Peserta Didiknya
Cara Memilih Sekolah Yang Baik Berikut Tips Cara Pengecekan Sederhana
1. Perhatikan baik2 mulai kita datang dan bertanya informasi apakah disambut dengan baik, ramah, di jelaskan dengan sabar; atau malah sebaliknya tidak ada yang menyapa, tidak ramah, tidak paham info dan di pimpong kesana kemari.
Itu artinya secara sistem dan kesiapan sekolah dan sumber dayanya masih berantakan dan tidak terkordinasi dengan baik; itu akan sangat berdampak pada anak saat proses belajar mengajar berlangsung. Jika gurunya tidak ramah pada kita saat itu Bisa dipastikan banyak guru yang tidak ramah, tidak sabar pada saat mengajar anak kita disekolah.
2. Pada saat kita bertanya tentang sekolah, apakah sekolah meminta komitment pada orang tua, jika perlu dalam bentuk resmi di tanda tangani untuk mengajak orang tua bekerjasama dalam menyelesaikan masalah anak secara tuntas hingga ke rumah, atau lebih banyak membahas syarat2 administrasi pendaftaran dan biaya2 yang harus di bayarkan ?
Itu artinya sekolahnya lebih fokus pada administratif dan keungan daripada ke anak didiknya dan proses pendidikannya. Sekolah semacam ini biasanya terlihat mentereng dan keren tapi muridnya banyak mengalami masalah dan tertekan.
3. Apakah banyak tukang jualan makanan yang tidak jelas di depan sekolah? atau memiliki kantin sendiri atau anak malah di anjurkan membawa bekal dari rumah.
Jika sekolah membiarkan banyak tukang jualan maknan dan anak dibolehkan membelinya berarti sekolah tersebut tidak peduli pada kesehatan anak kita terutama pada makanan yang berpotensi mengandung racun atau bahkan narkoba (zaman sekarang banyak gula2 yang disisipi narkoba – seperti berita2 investigasi di tv).
4. Pergilah ke kantin sekolah tersebut saat anak2 istirahat dan makan disana; perhatikan apa obrolan mereka, apakah mereka menggunakan kata yang halus dan sopan atau sebaliknya; dan bagaimana mereka bergaul disana apakah lebih banyak memuji atau mengejek atau malah “nge gank” dan tidak membaur saat makan;
jika anak membicarakan hal-hal negatif dan melakukan hal-hal negatif itu artinya prilaku itulah yang nanti akan ditularkan pada anak kita dan dibawa pulang kerumah. Artinya sekolah kurang peduli pada perkembangan akhlak anak.
5. Pergilah ke Toiletnya setelah lihat kelasnya ; apa bila toiletnya kotor dan bau; jelas bahwa sekolah tersebut tidak peduli pada kebersihan. Karena Toilet adalah ukuran kebersihan sekaligus barometer kepedulian dari pihak pengelola terhadap institusi yang dipimpinnya.
Sumber : AYAH EDY

Paradigma Kurikulum 2013

Paradigma Kurikulum 2013

Paradigma Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Buku teks pelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Berikut ini ada sebanyak enam (6) di antara komponen paradigma Kurikulum 2013 yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam menyusun atau mengembangkan buku teks pelajaran.

Berbasis Aktivitas

Kombinasi buku siswa dan buku guru yang dikembangkan oleh penulis harus mengupayakan hal-hal berikut.
  1. Siswa diarahkan untuk mencari tahu esensi dari pembelajaran dengan upaya yang dilakukannya.
  2. Proses kontrol tetap dilakukan oleh guru untuk menjamin efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, dan hal ini sesuai dengan standar proses yang ada.
  3. Guru harus kreatif mencari media dan metode pembelajaran yang optimal untuk setiap bagian yang akan menjadi materi pembelajaran saat itu.
  4. Guru mampu mencari solusi berbagai kendala yang ada dan deviasi dari kondisi ideal, misal minimnya fasilitas, kondisi pengetahuan dasar siswa yang lemah, dan lainnya.

Pembelajaran Saintifik

Dalam pembelajaran saintifik, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh penulis. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Penulis harus memilih pendekatan saintifik yang sesuai dengan mata pelajaran dan topik yang akan diajarkan.
  2. Penulis harus memberikan alternatif proses implementasi yang baik sesuai dengan bagian materi yang dibahas.
  3. Penulis harus membantu guru dalam mengontrol jalannya proses pembelajaran saintifik ini.
  4. Penulis harus membantu guru agar hal-hal pokok dari target capaian dapat dipenuhi oleh hampir semua siswa.

Pendekatan Discovery (Paradikma Kurikulum 2013)

Kombinasi buku siswa dan buku guru yang dikembangkan oleh penulis harus dapat membantu guru dalam hal-hal berikut.
  1. Memilih bagian tertentu suatu materi dari keseluruhan materi yang cocok dan cukup ideal untuk disampaikan dengan menggunakan pendekatan discovery.
  2. Memastikan ketersediaan fasilitas yang diperlukan.
  3. Mencoba kegiatan/pendekatan terlebih dahulu yang dilakukan oleh guru.
  4. Mengontrol jalannya proses dalam mengimplementasikan pendekatan discovery.
  5. Memastikan hal-hal pokok dari target capaian yang dapat dipenuhi oleh hampir semua siswa.

Pendekatan Real Life

Kombinasi buku siswa dan buku guru yang dikembangkan oleh penulis harus dapat membantu guru dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran real life seperti berikut.
  1. Mulai dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan siswa.
  2. Secara bertahap dapat masuk ke dalam konsep sederhana, dan selanjutnya ke konsep yang lebih tinggi.
  3. Aspek diversifikasi harus diperhatikan.
  4. Aplikasi konsep yang berhubungan dengan dunia nyata harus ditunjukkan dan apabila memungkinkan siswa diberikan akses ke lingkungan tersebut.

Mendorong Tumbuhnya High Order Thinking

Kombinasi buku siswa dan buku guru yang dikembangkan oleh penulis harus dapat membantu guru dalam mendorong berkembangnya high order thinking, antara lain melalui upaya-upaya berikut.
  1. Pemodelan sederhana.
  2. Open problem yang tepat, sehingga dapat mengasah kemampuan berfikir tingkat tinggi dari siswa.
  3. Pembiasaan menggunakan data riil.
  4. Pembiasaan melakukan verifikasi data.
  5. Berfikir out of the box dan menguji hasilnya untuk menghasilkan lompatan yang besar.

Penilaian Autentik dan Multi Komponen

Kombinasi buku siswa dan buku guru yang dikembangkan oleh penulis harus dapat membantu guru dalam mendorong digunakannya penilaian multi komponen dan penilaian autentik, yaitu sebagai berikut.
  1. Menerapkan penilaian multi komponen sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan bahan pembelajaran.
  2. Variasi metode penilaian perlu terus dikembangkan oleh guru yang bersangkutan.
  3. Penilaian authentik dengan memperhatikan petunjuk pelaksanaan yang lebih operasional (pedoman terkait). Penulis perlu memberi contoh di buku guru bagaimana mengimplementasikan penilaian autentik dengan berbagai kendala waktu dan lain-lain yang mungkin dihadapi oleh guru.

Kompetensi guru abad 21

Kompetensi Guru Abad 21 Sebagai Tuntutan Pembelajaran Guru

Kompetensi Guru Abad 21 Sebagai Tuntutan Pembelajaran Guru
Di abad 21, pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang kompleks dan tidak mudah seiring dengan perubahan besardan cepat pada lingkungan sekolah yang didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan. Kompetensi Guru abad 21, Guru profesional tidak lagi sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya. Untuk itu, guru membutuhkan pengembangan profesional yang efektif yaitu pembimbingan.
Pembimbingan merupakan salah satu strategi efektif untuk peningkatan profesionalitas guru abad 21. Melalui pembimbingan, mungkin terbangun hubungan profesional dan juga komunitas pembelajar profesional di sekolah yang efektif untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan pembimbingan yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi mutu hubungan pembimbingan seperti: strukturorganisasi pembimbingan, kontrak kerja, mutu pembimbing, aktivitas dalam sesi-sesi awal hingga akhir pembimbingan. Untuk menguatkan fungsi dan manfaatnya, pembimbingan perlu diprogramkan. Hal ini membutuhkan perubahan struktur, budaya dan juga dukungan kepemimpinan dari sekolah dan juga insititusi terkait.

Kompetensi Guru Abad 21

Pada abad 21, manusia mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dalam segala bidang. Salah satu yang paling menonjol adalah bidang informasi dan komunikasi. Hal ini seolah membuat dunia semakin sempat karena segala informasi dari penjuru dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dimanapun. Di sisi lain pada abad 21 ini permasalahan yang dihadapi manusia semakin kompleks, seperti pemanasan global, krisis ekonomi global, terorisme, rasisme, drug abusehuman trafficking, rendahnya kesadaran multikultural, kesenjangan mutu pendidikan, dan lain sebagainya. Era ini juga ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di berbagai bidang antar negara dan antar bangsa. Keseluruhan hal tersebut mengisyaratkan bahwa pada abad 21 ini dibutuhkan persiapan yang matang dan mantap baik konsep maupun penerapan untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul. Untuk itu, lembaga pendidikan dan guru sebagai unsur yang paling dominan memiliki peran yang tidak ringan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia pada abad 21.
Guru pada abad 21 ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi informasi telah meningkatkan fleksibelitas dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi setiap individu baik guru maupun siswa. Konsekuensinya, guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Selain itu, tersedia pula informasi yang melimpah mengenai pendidikan. Kondisi ini meningkatkan alternatif pilihan pendidikan bagi orang tua dan masyarakat. Hal ini berimbas pada peningkatan tuntutan mutu pendidikan oleh masyarakat.
Globalisasi yang telah membuat dunia seolah tanpa batas memicu perbandingan internasional antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa. Sekolah didesak untuk unggul dan kompetitif serta dihadapkan pada isu-isu seperti identitas, perbedaan, aturan, hukum, keadilan, modal sosial, dan kualitas hidup. Berbagai perubahan atau krisis lingkungan yang terjadi memunculkan kebutuhan pendidikan lingkungan di sekolah untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan tanggung jawab siswa terhadap lingkungan.
Pada abad 21 sekolah diperlakukan layaknya perusahaan yang menyediakan produk (pembelajaran) kepada konsumen (siswa dan orang tua). Sekolah harus ‘menjual diri mereka’, menemukan ‘tempat’ di pasar dan berkompetisi. Sekolah diperlakukan sebagai perusahaan yang berdiri sendiri, memiliki kewenangan mengelola secara mandiri dan mempertanggungjawabkan pengelolaan secara profesional kepada stakeholder. Sekolah dituntut berkompetisi memperoleh sumber dana terutama dari pemerintah. Sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang laku di pasar dinilai lebih layak untuk berkembang, sedangkan sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang tidak laku akan ditinggalkan. Oleh sebab itu, sekolah dan guru dituntut selalu memonitor kinerja sekolah untuk mengetahui mutu layanan pendidikan dan menunjukan nilai tambah yang dicapai siswa-siswanya.
Perubahan lingkungan sekolah dan pendekatan ekonomi pasar dalam persekolahan tersebut berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas guru. Kompetensi guru abad 21 merupakan Guru profesional abad 21 harus mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan efektifitas proses pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan lingkungan. Selain itu, guru abad 21 harus mampu bekerja dengan kolega, belajar dari kolega, dan mengajar kolega sebagai upaya menghadapi kompleksipitas tantangan sekolah dan pengajaran. Guru abad 21 mengajar berlandaskan standar profesional mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran dan memiliki komunikasi baik langsung maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua siswa untuk mendukung pengembangan sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peran guru abad 21 dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yakni sudut pandang (1) aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, (2) diri pribadi, serta (3) psikologis. Peran guru ditinjau dari sudut pandang aktivitas pengajaran dan adimistrasi pendidikan, diantaranya:
  1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.
  2. Wakil masyarakat di sekolah.
  3. Seorang pakar dalam bidangnya.
  4. Penegak disiplin.
  5. Pelaksana administrasi pendidikan.
  6. Pemimpin bagi generasi muda.
  7. Penyampai berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Peran guru ditinjau dari sudut pandang diri pribadi, diantaranya:
  1. Pekerja sosial.
  2. Pelajar dan ilmuwan.
  3. Wakil orang tua siswa.
  4. Model keteladanan.
  5. Pemberi keselamatan bagi peserta didik.
Peran guru ditinjau dari sudut pandang psikologis, diantaranya:
  1. Pakar psikologi pendidikan.
  2. Seniman dalam hubungan antar manusia.
  3. Pembentuk kelompok.
  4. Inovator.
  5. Petugas kesehatan mental

Guru profesional abad 21

Di abad 21 telah terjadi transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya (Hargreaves, 1997, 2000) yang didorong oleh empat kekuatan besar yang saling terkait yaitu kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan (Mulford, 2008). Sebagai contoh, kemajuan teknologi komunikasi dan biaya transportasi yang semakin murah telah memicu globalisasi dan menciptakan ekonomi global, komunitas global, dan juga budaya global. Masyarakat industrial berubah menjadi masyarakat pengetahuan (Beare, 2001). Perubahan lingkungan misalnya pemanasan global telah berdampak pada kebutuhan peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan. Kekuatan-kekuatan ini juga berdampak pada dunia pendidikan khususnya persekolahan (Mulford, 2008).
Seiring perubahan demografi, siswa-siswa di sekolah lebih beragam secara budaya, agama/ keyakinan, dan juga bahasanya. Kemajuan teknologi informasi-intemet- telah meningkatkan fleksibelitas dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi setiap individu baik guru ataupun siswa.
Konsekwensinya, guru-guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesui dengan perkembangan lingkungan sebagai kompetensi guru abad 21. Ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas milik para ‘ahli’ atau guru. Selain itu, tersedia informasi yang melimah tentang pendidikan. Kondisi ini meningkatkan altematif pilihan pendidikan bagi orang tua dan masyarakat dan bersamaan dengan hal ini adalah peningkatan tuntutan mutu pendidikan oleh masyarakat. Globalisasi yang telah membuat dunia seakan tanpa batas (a borderless world) memicu perbandingan internasional antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa. Contohnya adalah program perbandingan internasional pada prestasi akademik siswa seperti TIMMS: Third International Mathematic and Science Study dan juga Program for International Student Assesment (PISA). Sekolah didesak untuk unggul dan kompetitif (Beare, 2001) serta dihadapkan pada isu-isu seperti identitas, perbedaan, aturan-aturan/hukum, keadilan, modal sosial, dan kualitas hidup, dan sebagainya. Berbagai perubahan atau krisis lingkungan yang terjadi memunculkan kebutuhan pendidikan lingkungan di sekolah untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap lingkungan (Mulford, 2008).
Menyoroti pada aspek kebijakan persekolahan, Beare (2001) mengungkapkan bahwa sejak akhir abad 20 hampir sebagian besar sekolah di seluruh dunia memilih pendekatan ekonomi pasar. Sekolah diperlakukan layaknya perusahaan yang menyediakan produk (pembelajaran) kepada konsumennya (siswa dan orang tua). Sekolah diharapkan memberikan kontribusi pada daya kompetisi ekonomi bangsa. Sekolah harus ‘menjual diri mereka’, menemukan ‘tempat’ di pasar dan berkompetisi. Sekolah dituntut responsif pada komunitas lokal mereka melalui beragam pendekatan yang memungkinkan konsumen memilih layanan sekolah yang akan mereka beli. Sekolah diperlakukan sebagai perusahan yang berdiri sendiri-yang oleh Hargreaves (1997) disebut privatisasi pendidikan. Mereka memiliki kewenangan mengelola sekolah mereka secara mandiri (self managing) dan mempertanggungjawabkan pengelolaannya secara profesional kepada stake-holders. Sekolah dituntut berkompetisi untuk memperoleh sumber dana terutama dari pemerintah. Sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang laku di pasar dinilai lebih layak untuk berkembang, dan sebaliknya, sekolah yang menyediakana ‘produk’ yang buruk – tidak laku- akan ditinggalkan. Oleh karena itu, sekolah dan guru-guru dituntut selalu memonitor kinerja sekolahnya untuk mengetahui mutu layanan pendidikan mereka, dan menunjukkan nilai tambah yang dicapai siswa-siswanya.
Perubahan lingkungan sekolah dan juga pendekatan ekonomi pasar dalam persekolahan tersebut berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas guru. Guru profesional abad 21 dengan setandar kompetensi guru abad 21 bukanlah guru yang sekedar mampu mengajar dengan baik. Guru profesional abad 21 adalah guru yang mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan keefekfifan proses pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan lingkungan; mampu bekerja dengan, belajar dari, dan mengajar kolega sebagai upaya menghadapi kompleksitas tantangan sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar profesional mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran; serta memiliki berkomunikasi baik langsung maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua murid untuk mendukung pengembangan sekolah (Hargreavas, 1997,2000; Darling, 2006).
Hal yang sama disyaratkan kepada guru-guru di Indonesia melalui Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permen Nomor 17 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan standar kompetensi guru. Guru profesional dituntut tidak hanya memiliki kemampuan mengajar sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi pedagogik, namun guru juga harus mampu mengembangkan profesionalitas secara terus menerus sebagaimana tertuang dalam kompetensi profesional. Guru juga dituntut mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam kompetensi sosial serta memiliki kepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikan pada kompetensi pribadi. Disamping itu, guru juga harus memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan yang memadai dan relevan dengan bidang ajarnya.

Pengembangan guru abad 21

Menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya, setiap guru membutuhkan pengembangan yang efektif. Beberapa tren pengembangan staf abad 21 yaitu menggunakan pendekatan ‘bottom up’, menekankan kolaborasi yang berorientasi pada memampukan staf mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi, merupakan program-program yang interaktif dan saling terkait, yang dilaksanakan secara kontinyu dan direncakana secara sistematik dan komprehensif (Castetter, 1996). Kompetensi guru abad 21, Menekankan pada keefektifan pembelajaran, Engstrom & Danielson (2006) mengatakan bahwa bahwa model pengembangan hendaknya berlandaskan pada konsep kepemimpinan guru dan menggunakan proses pembelajaran kooperatif yang otentik dan melekat pada pekerjaan guru sehari-hari. Selain itu, menurut Lieberman (1996) strategi-strategi pengembangan guru yang menekankan pembelajaran dalam konteks sekolah bermanfaat untuk menghilangkan perasaan terisolasi pada guru ketika ia belajarsesuatu di luar sekolah dan berusaha membawanya ke dalam sekolah. Strategi ini juga membantu menguatkan pembelajaran kolektif dengan kompetensi guru abad 21, yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran profesional sebagai norma di sekolah.
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa program-program pengembangan guru berbasis sekolah yang berbasis kasus di kelas, bersifat praktis dan dipraktekkan di tingkat kelas maupun sekolah akan lebih bermakna dan berguna bagi sekolah, guru, dan staf (Owen, 2003).

Hakekat Pembimbingan Guru

Pembimbingan saat ini dipandang sebagai salah satu strategi pengembangan kompetensi guru abad 21, guru yang sesuai tuntutan guru profesional dan sekolah abad 21 (Hargreavas, 1997; Hargreaves & Fullan, 2000). Pembimbingan melekatkan pembelajaran pada praktek profesional guru di sekolah, juga merupakan bentuk berbagi tanggung jawab dalam upaya peningkatan mutu sekolah. Lebih dari itu, pembimbingan juga efektif mengembangkan kepemimpinan guru dan budaya pembelajaran profesional di sekolah (Walkinton, 2005) dimana kedua hal tersebut merupakan komponen penting kesuksesan sekolah di abad 21 (Hargreaves dan Fullan, 2000; Beare, 2001).
Menurut Reinman & Sprinthall (1998), pembimbingan merupakan bagian dari supervisi. Walaupun demikian, pembimbingan memiliki karakteristik yang membedakannya dari supervisi yaitu penekanan pembimbingan pada refleksi dan pembelajaran profesional. Supervisi lebih dekat dengan peran sosialisasi untuk ‘membentuk’ guru menjadi sosok guru yang sesuai dengan dengan lingkungan sekolah dimana guru mengajar. Fungsi supervisi ini meliputi penyambutan (guru baru), enkulturasi, pemodelan, penjelasan, diskusi, dan pemberian umpan balik. Fungsi ini dilakukan dalam pembimbingan namun dengan tuntutan komitmen yang lebih holistik dan hubungan yang lebih multi arah. Pembimbing mungkin menjadi pelatih, motivator, sumberinformasi, dan pasangan belajar, bergantung pada konteks (Walkington, 2005). Di Inggris, istilah pembimbingan menjadi popular melebihi supervisi di saat semakin banyak guru sekolah yang melakukan pembimbingan terhadap calon guru di sekolah mereka (Hawkey, 1998).
Pembimbingan berbasis sekolah berpotensi mengembangkan komunitas pembelajaran di sekolah. Daresh (2003) mengatakan bahwa secara umum, hubungan pembimbingan- baik yang terjadi secara alami melalui kontak informal dengan seseorang (misalnya pembimbingan dari guru favorit) ataupun melalui program formal dan terstruktur (seperti pembimbingan untuk guru-guru baru di sekolah) merupakan kesempatan besar untuk pembelajaran. Baik pembimbing dan yang dibimbing akan banyak belajar tentang kehidupan profesional mereka dan memperoleh akan memperoleh pemahaman yang lebih tentang kebutuhan personal, visi, dan nilai-nilai melalui setiap pengalaman pembelajaran mereka.
Pembimbingan merupakan bantuan dari seorang individu terhadap individu yang lain. Pembimbingan biasanya dilakukan oleh atasan atau individu yang dipandang lebih senior dalam jabatan. Namun, seringkali terjadi, pembimbingan terjadi antar teman sebaya atau bahkan dari yang lebih junior kepada yang lebih senior dari sisi usia. Dengan demikian pembimbingan tidaklah selalu terjadi antara atasan dengan bawahan. Pembimbingan yaitu “off-line help by one person to another in making significant transitions in knowledge, work or thinking” (Megginson, Clutterbuck, Garvey, Stokes, & Harris, 2006: 5). Pembimbingan merupakan “the relationship between someone of greater expertise in a given setting working with someone of lesser expertise (although it is not necessarily just one-on-one relationship)” (Walkington, 2005: 12).
Dalam pembimbingan, hubungan dibangun secara sadar dan sengaja antara pembimbing dan yang dibimbing. “Mentoring involves the relationships built around shared purposes and mu-tual goals among the adults involved’ (Carr, Nancy, & Harries, 2005). Tujuan pembimbingan yaitu menghasilkan perubahan yang signifikan pada pengetahuan, pekerjaan atau pemikiran individu yang dibimbing dengan cara membantu individu memahami sesuatu yang sedang terjadi terkait dengan pekerjaan atau karir individu yang pada awalnya mungkin dipandang sepele atau tidak penting (Megginson, dkk., 2006)
Pembimbingan dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang reflektif bagi individu yang dibimbing dalam menghadapi isu-isu yang sedang dihadapi maupun diprediksikan terjadi, diantaranya: karir, pertumbuhan pribadi, pengelolaan hubungan dan manajemen situasi (Megginson, dkk., 2006). Dalam praktek, pembimbingan lebih seperti seperti ‘coaching’atau pendampingan dan kolaborasi. Terjadi proses berbagi antara pembimbing dan yang dibimbing dengan komitmen untuk pengembangan pelaksanaan pembelajaran yang efektif bagi siswa (Carr, Nancy, & Harries, 2005). Terlebih, pengajaran di era 21 sangat lah kompleks and sulit sehingga tak satupun ahli dapat menjawab dengan mudah permasalahan atau memiliki jawaban paling benar. Dengan kata lain, dalam pembimbingan, kedua belah pihak saling belajar (Hargreavas & Fullan, 2000) sehingga manfaat dan hasil pembimbingan tidak hanya bagi individu yang dibimbing, namun juga pembimbing. “The mentor is highly likely to grow as the partners in the relationships share and reflect” (Walkington, 2005:12).
Dengan demikian, pembimbingan berbeda dengan evaluasi (Portner, 2003). Pembimbingan merupakan proses yang berkelanjutan yang berupaya membangun kepercayaan diri guru. Kerahasiaan data individu yang dibimbing dijaga dan digunakan semata-mata untuk refleksi. Penilaian manfaat pembimbingan pun dilakukan oleh individu yang dibimbing. Evaluasi lebih merupakan suatu kunjungan yang diaturoleh suatu kebijakan, berorientasi pada penilaian kinerja, dan ditujukan untuk pengisian data yang akan diproses untuk penilaian guru. Semua kegiatan evaluasi dibuat dan merupakan kewenangan supervisor atau pengawas.
Di sekoiah, pembimbingan mungkin diberikan oleh guru, kepala sekoiah, supervisor, dan atau akademisi perguruan tinggi kepada mahasiswa calon guru, kepala sekoiah, guru dan atau kepala sekoiah, baik secara individual ataupun kelompok (Walkington, 2005) Praktek pembimbingan yang sering terjadi di sekoiah yaitu ketika seorang guru belajar pada guru lain atau di saat seorang guru mendengarkan permasalahan dari guru lain kemudian memberikan tip-tip praktis dan berbagi rencana pengajaran dan bahan-bahan pelajaran (Reiman & Sprinthall, 1998). Hal ini biasanya terjadi secara alami tanpa suatu program yang terencana (Bartell, 2005).
Namun demikian, tidak berarti pembimbingan yang efektif dapat terjadi secara otomatis di sekolah. Bahkan, menurut Hargreaves & Fullan (2000), walaupun pembimbingan telah banyak dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan dan juga mengelola stress guru, dalam prakteknya, kadangkala masih mengecewakan. Oleh karena itu, sekolah dan institusi terkait perlu menyusun program-program pembimbingan untuk memberikan bantuan dan praktek yang lebih terstruktur dan efektif pada guru. Di samping itu, pemrograman pembimbingan di sekolah memberikan pengakuan dan penghargaan kegiatan pembimbingan sebagai salah satu layanan bantuan profesional guru. Hal ini berimplikasi pada pengakuan dan penghargaan peran-peran yang dijalankan pembimbing dan yang dibimbing dalam hubungan pembimbingan sehingga peluang keberhasilan pembimbingan pun akan lebih besar (Walkington, 2005)

Pembimbingan yang efektif

Pembimbingan yang efektif perlu memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi keefektifan hubungan pembimbingan, seperti berbagi pemahaman dan harapan pembimbingan sejak awal antara pembimbing dan individu yang dibimbing, pengetahuan pembimbing tentang strategi dan kegiatan pembimbingan, ketrampilan memelihara kepercayaan dalam hubungan, pengetahuan bagaimana mengatasi konflik dan perbedaan yang mungkin (Walkington, 2005). Oleh karena itu, struktur organisasi pembimbingan yang mencakup penentapan tujuan program pembimbingan, strategi pembimbingan dan metode yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan pembimbingan perlu ditetapkan bersama antara pembimbing dan yang dibimbing sebelum pembimbingan dimulai (Megginson, dkk., 2006).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan struktur organisasi pembimbingan ini adalah tahap perkembangan guru – tahap-tahap kognitif, ego, dan moral, dan juga tahap karir mereka (Reiman & Sprinthall, 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru menunjukkan sikap kerja yang berbeda-beda di tiap tahap perkembangan yang berarti mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan profesional yang berbeda yang berkaitan erat dengan tahap-tahap perkembangan mereka. Guru-guru juga menunjukkan sikap lebih reseptif pada pengembangan profesional yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka (Bartel, 2005).
Keefektifan pembimbingan memerlukan kontrak yang dibuat sebelum pembimbingan dimulai berdasarkan hasil diskusi dan musyawarah antara pembimbing dan individu yang dibimbing. Kontrak pembimbingan merupakan kesepakatan etis and praktis dalam pelaksanaan kerja yang tidak hanya tentang salah atau benar, tepat atau tidak, tapi juga apa yang sebaiknya diiakukan atau tidak dengan mempertimbangkan konteks (St James ethic center, online: attachment:/2/attachment2.htm). Kontrak pembimbingan hendaknya terbuka untuk direview guna mendukung keefektifan pembimbingan yang mensyaratkan fleksibelitas seiring pertumbuhan dan juga perkembangan pengalaman pembimbing dan individu yang dibimbing (Walkington, 2005).
Pembahasan kontrak mencakup: kerahasiaan, batas-batas hubungan dan konflik peran, waktu, tempat, skala waktu, cara pelaksanaan pekerjaan, review, harapan dan keterbatasan (Connor & Pokora, 2007) yang berfungsi memberikan kejelasan kepada pembimbing dan individu yang dibimbing tentang batas-batas dan penerapan prinsip-prinsip moral dalam proses pembimbingan. Terlebih, percakapan dalam pembimbingan kadang-kadang melibatkan emosi dan masalah-masalah pribadi. Selain itu, pada kenyataannya terdapat isu-isu dalam praktek pembimbingan yang perlu diperhatikan. Isu-isu tersebut antara lain: 1) pembimbingan lintas jender. Mungkinkan pembimbingan antara kolega laki-laki dengan wanita (atau sebaliknya) terlaksana baik? Dalam pembimbingan, pembimbing dan individu yang dibimbing mungkin harus bekerja bersama selama berjam-jam untuk mendiskusikan suatu masalah. Hal ini mungkin akan menimbulkan masalah atau dipandang tidak etis. 2) Pembimbingan antar tingkat organisasi. Misalnya, seorang kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bertindak sebagai pembimbinga bagi guru yang kadangkala lebih menguasai materi dan kelas dibandingkan kepala sekolah? Selain itu, dapatkah guru SMA menjadi pembimbing guru SMP atau SD? 3) Perbedaan di usia. Dapatkan guru yang lebih muda namun lebih berpengalaman bertindak sebagai pembimbing bagi koleganya yang lebih tua namun mungkin baru mengawali karirnya mengajar di kelas? Dapatkan orang yang datang dari luar sekolah dan berpengalaman bertindak sebagai pembimbing bagi guru-guru di sekolahnya yang baru? (Daresh, 2003). Kontrak pembimbingan akan sangat membantu ketika satu atau beberapa isu tersebut muncul.