Islamic Painting Club

Islamic Painting Club
Karya : GUNUNG SUKATON, Pengelola SEKAR IMAGE

Rabu, 24 Juni 2015

Batik Bogor




Kantata Takwa - Kesaksian


Kamis, 11 Juni 2015

Wawancara Hakim Artidjo di Kicik Andy


Senin, 08 Juni 2015

Ck Nun


WS Rendra Meninggal


ESTETIKA

POSISI ESTETIKA

Basquiat
Posisi estetika tak berbeda dari atau tak perlu dibeda-bedakan dengan wilayah-wilayah studi filsafat yang lainnya, entah itu epistemologi, etika, dan sebagainya. Demikian pula dengan cabang-cabang keilmuan yang lain. Ia tidak lebih utama, tidak lebih superior dari yang lain. Biasa-biasa saja.
Masalahnya adalah tidak ada satu ilmu pun, termasuk estetika pada khususnya dan filsafat pada umumnya, yang mampu menjadi ilmu dengan posisi “tersendiri”, seberapa tinggi atau rendah pun status yang diberikan oleh komunitas akademik terhadap keberadaan ilmu tersebut. Tiada satu ilmu yang “tersendiri”, yang posisinya terisolasi dari ilmu-ilmu yang lainnya. Apalagi untuk masa tiga dasawarsa terakhir ini sekat-sekat ketat yang memberi batas yang tegas antara satu ilmu dengan ilmu yang lain sudah runtuh, atau sudah waktunya untuk diruntuhkan. Itulah yang disebut oleh Clifford Geertz sebagai gejala blurred genre, yakni ketika kita — dengan background keilmuan apapun — mengadopsi sebuah lingua franca yang sama.
Karya-karya Sigmund Freud atau Jacques Lacan, untuk sekadar contoh, tidak lagi dibaca oleh psikoanalis semata, tetapi oleh kita semua. Juga Roland Barthes, karyanya tidak cuma dibaca oleh kalangan kritikus sastra, tapi oleh lebih banyak lagi orang. Merembes keluar dari sekat-sekat disipliner yang kaku. Ahli ilmu politik, filsuf, linguis, kritikus seni, arsitek, psikolog, atau sosiolog tidak lagi peduli pada sekat-sekat tersebut, lalu bersama-sama membaca Jacques Derrida atau Pierre Bourdieu. Ini yang disebut tadi sebagai lingua franca.
Begitu pula halnya dengan estetika. Ia telah kehilangan sekat-sekatnya, batas-batas yang dahulu telah membuatnya menjadi sebuah ruang yang esoterik. Ia menyebar, membaur dengan disiplin-disiplin yang lain. Kalau ia sudah menyebar seperti itu, berarti ia bisa ada di mana saja dan kapan saja, seperti Coca-Cola. Itu juga sekaligus berarti bahwa estetika tidak lagi punya posisi yang penting, apa lagi yang “tersendiri”.
Tentu saja estetika pernah dan, pada ruang-lingkup tertentu, masih memiliki prestise tertentu. Itu kalau kita pahami estetika bukan melulu sebagai bidang filsafat, melainkan lebih sebagai seperangkat prinsip normatif yang, meminjam istilah Pierre Bourdieu, mendisposisikan praktik-praktik berkesenian. Jadi, secara lebih restricted, pengertian estetika yang terakhir ini adalah estetika sebagai sesuatu yang dijadikan landasan normatif untuk menilai karya seni. Karena, dalam pergaulan keseni(man)an, yang dimaksud dengan estetika cenderung seperti itu. Bukan filsafat estetika, melainkan hanya sebagai alat untuk mengevaluasi, membuat hierarki, dan semacamnya.
Misalnya, dengan dalih estetika, seorang seniman bisa berbuat apa saja dan produknya tetap disebut sebagai karya seni. Seorang perupa meletakkan beberapa keranjang sampah di sebuah galeri, dan itu disebut karya seni instalasi oleh kritikus. Seorang penyair menuliskan sebaris kalimat, “Bulan di atas kuburan,” dan itu disebut sebagai puisi, yang bahkan pernah menimbulkan perdebatan tafsir yang prestisius di tingkat elit kritikus sastra. Di sini estetika tidak lebih sebagai modal simbolik yang diinvestasikan sebagai pemarkah kelas sosial seniman atau kritikus seni.
Dalam hubungannya dengan praktik kritik seni, sampai sejauh ini estetika pun lebih cenderung diperlakukan oleh para kritikus sebagai prinsip-prinsip normatif yang meregulasi apa dan bagaimana (berke)seni(an), dengan standardisasi-standardisasi atau semacamnya. Seorang kritikus membuat penilaian atas sebuah karya seni dengan legitimasi paham-paham estetis tertentu, misalnya. Maka, tidak heran kalau keranjang-keranjang sampah yang dicontohkan di atas disebut sebagai karya seni hanya lantaran ia menjadi bagian dari komunitas wacana tertentu, sementara perabot dapur ibu-ibu petani Jawa tidak pernah sekalipun dihargai seperti itu. Lalu, karya seni X dinilai lebih baik, lebih sublim, lebih menukik, lebih indah, lebih menyentuh, dan sebagainya, dibandingkan dengan yang lain.
Oleh karena itu, andai kata ada orang ngomong perkara estetika, kita perlu segera menegaskan posisi pemahamannya: estetika dalam pengertian yang (bagai)mana? Bila estetika itu menyangkut “keindahan”, maka estetika itu sebenarnya tidak ada gunanya karena ia menjadi preskriptif dan normatif. Buat apa kita membuat parameter atas mana yang bisa disebut seni dan mana yang bukan, mana yang estetis dan tidak estetis. Itu tidak ada gunanya sama sekali. Bagaimana seandainya perlakuan terhadap estetika semacam itu di-prèk-kan saja?
(Ditulis-ulang dari sempalan kecil wawancara yang dimuat dalam GèrbanG, Jurnal Pemikiran Agama & Demokrasi, Vol. 07/No. 03/Mei-Juli 2000, hlm. 20-27.)

PROGRAM KERJA DEWAN KESENIAN KOTA SURABAYA PERIODE 2009 – 2014

Program Kerja 2010



PROGRAM KERJA
DEWAN KESENIAN KOTA SURABAYA PERIODE 2009 – 2014
A. PENDAHULUAN
Sebagaimana tersurat dalam sejarah pendiriannya yaitu pada tanggal 30-09-1971 bahwa kelahiran Dewan Kesenian Surabaya  adalah merupakan wadah penyalur aspirasi seniman  dan budayawan Kota Surabaya serta merupakan cermin kesadaran tokoh-tokoh seni budaya yang bersatu , saling bahu membahu untuk membina masyarakat dalam mewujudkan kehidupan berkesenian yang lebih baik
Untuk mewujudkan tekad dan cita-citanya, Dewan Kesenian Surabaya dalam gerak dan langkahnya tentu harus selalu berpegang pada program kerja sebagai pedoman bagi Jajaran fungsionaris dalam menampung, menyalurkan, memperjuangkan, membela aspirasi khususnya para seniman dan budayawan rakyat dan masyarakat warga Kota Surabaya pada umumnya.
Selain hal tersebut diatas, Musyawarah Daerah Dewan Kesenian Kota Surabaya yang dilaksanakan pada tahun 2009, lalu telah mengamanatkan kepada Dewan Kesenian Kota Surabaya periode 2009 – 2014 untuk melakukan langkah langkah setrategis melalui peningkatan dan pengembangan fungsi-fungsi organisasi secara optimal; utamanya yang terkait dengan kebijakan program DKS masa bakti 2009 – 2014 yang akan datang.
Berangkat dari pemikiran tersebut diatas, maka DKS periode 2009 – 2014 sebagai institusi yang menampung aspirasi para seniman dan budayawan Kota Surabaya bertekad dengan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk senantiasa berada pada garis yg telah ditetapkan dalam Musyawarah Daerah tahun 2009 tersebut, yakni merumuskan kembali  ( Reformulasi ) dan menjabarkan berbagai rencana kegiatan yang disebut dengan Program Kerja DKS periode 2009 – 2014.
Program Kerja DKS periode 2009 – 2014 ini merupakan penjabaran keputusan hasil Musyawarah Daerah tahun 2009 , yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi lokal Kota Surabaya, sekaligus untuk merespon tuntutan perkembangan zaman kekinian , yang mensyaratkan kemandirian dengan segala kekhasan problem dan potensi yang dihadapi oleh Kota Surabaya.
Program Kerja DKS periode 2009 – 2014 ini disusun setelah mencermati perubahan lingkungan strategis dan kondisi objektif Kota Surabaya , yang merupakan cerminan reorientasi, redefinisi, dan reposisi DKS dalam rangka penyempurnaan dan pembaharuan dari aktivtas program periode sebelumnya.
Oleh karena itu , agar program kerja DKS periode 2009 – 2014 ini bisa berjalan serta mencapai sukses sesuai harapan, maka :
  1. Semua Jajaran Fungsionaris DKS mulai dari Anggota Pleno, Badan Pekerja Harian, Komite-komite sebagai penanggung jawab atas terlaksananya program DKS periode 2009 – 2014 , agar mengerahkan seluruh potensinya sehingga program ini dapat terlaksana.
  2. Semua Jajaran Fungsionaris DKS yang meliputi Anggota Pleno, Badan Pekerja Harian beserta Komite-komite dan Lembaga berkewajiban mensosialisasikan dan mensukseskan program ini pada Iingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Dalam menjabarkannya, sesuai bidang masing-masing dengan mempertimbangkan efisiensi, efektifitas, keterpaduan, ketersediaan dana dan faktor faktor pendukung, perlu penetapan skala prioritas sehingga memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan yang dikehendaki.
  3. Semua Jajaran Fungsionaris sebagaimana tersebut diatas,  memiliki i’tikad, etos kerja, kemauan berkorban dan kesungguhan dalam mengerahkan segala potensi dan usaha untuk melaksanakan dan mensukseskan program kerja DKS periode 2009 – 2014 ini.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dirumuskannya Program Kerja Dewan Kesenian Kota Surabaya  Periode 2009-2014 ini adalah :
  1. Sebagai pedoman dan arahan dalam menjalankan roda organisasi , sehingga terdapat gerak dan langkah yang sama bagi segenap jajaran fungsionaris Dewan Kesenian Surabaya dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.
  2. Sebagai langkah strategis yang harus dicapai bagi seluruh jajaran fungsionaris Dewan Kesenian Kota Surabaya dalam menentukan kegiatan organisasii selama satu periode kepengurusan.
  3. Sebagai pedoman yang mengikat secara kelembagaan bagi seluruh jajaran fungsionaris Dewan Kesenian Kota Surabaya.
C. SASARAN PROGRAM
Sasaran Internal :
  1. Kokohnya keutuhan dan kekompakan seluruh jajaran fungsionaris Dewan Kesenian Kota Surabaya dalam menunjang berbagai aktivitas seni budaya di Surabaya.
  2. Meningkatkan citra DKS sebagai lembaga atau organisasi yang berasas Pancasila, menjunjung tinggi nilai nilai kultur, estetika, etika, keadilan, kejujuran dan demokrasi.
  3. Mantapnya Dewan Kesenian Surabaya sebagai lembaga seni budaya yang sehat, mandiri, berkualitas, memiliki kemampuan daya saing dan kerjasama untuk manjalankan tugas dan fungsinya dalam kehidupan berkesenian dan kebudayaan di Kota Surabaya
  4. Meningkatnya citra DKS dalam mengemban amanat komunitas seniman dan budayawan Kota Surabaya dengan menampung, menyalurkan, memperjuangkan dan membela aspirasinya secara proporsional, demokratis dan konstitusional.
  5. Meningkatnya pendayagunaan jajaran aparat fungsionaris lembaga/organisasi  sesuai dengan posisi, tugas dan bidang tugas masing masing.
  1. Menyamakan persepsi dalam gerak dan langkah dengan tetap mengacu pada  aturan yang telah ditetapkan sesuai ketentuan AD/ART Dewan Kesenian Surabaya.
Sasaran Eksternal :
  1. Mantapnya peran DKS sebagai mitra Pemerintah Kota Surabaya didalam menentukan kebijakan di bidang seni budaya.
  2. Meningkatnya partisipasi aktif DKS , dalam meningkatkan kesadaran berkesenian dan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Kota Surabaya.
  3. Meningkatkan jalinan hubungan strategis dengan para pihak dalam rangka pengembangan dan perbaikan institusi.
D. PROGRAM KONSOLIDASI
1. Konsolidasi Managemen dan Organisasi.
  1. Peningkatan kemandirian dan inisiatif Dewan Kesenian Kota Surabaya dalam menghadapi perkembangan Kota ke depan sehingga DKS mampu mengambil peran positif dan aktif dalam proses pembangunan Kota Surabaya.
  2. Peningkatan kinerja, efektivitas, dan efisiensi kepemimpinan dan pengelolaan institusi melalui berbagai pembenahan dan penyempurnaan yang benar-benar dapat dirasakan hasil dan manfaatnya untuk mengaktifkan gerak dan langkah DKS. Antara lain dengan pembenahan posisi dan fungsi sekretariat yang profesional dan efektif dalam mendukung keberhasilan program Kerja.
  3. Pembentukan Lembaga / Badan / Unit usaha  yang dapat membantu keberhasilan program Kerja DKS dengan prinsip melibatkan personal yang benar-benar memiliki komitmen, idealisme , kesediaan berkorban, waktu luang, wawasan, dan kemampuan secara lebih selektif.
  1. Pengembangan fungsi manajemen organisasi secara efektif dan efisien. Termasuk dalam koordinasi antar Wakil ketua Bidang, Badan ( Unit usaha ), dan Komitee, disertai penataan organisasi yang lebih dinamis dan produktif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam program Kerja DKS.
    1. Peningkatan kualitas Jajaran fungsionari atau Pengurus dalam pengembangan wawasan pemikiran, keteladanan, komitmen, serta kemampuan profesional melalui refreshing, upgrading, jobtraining, dialog dan forum kajian, serta kegiatan sejenis yang pelaksanaannya dikoordinasikan wakil ketua bidang, Litbang, dan Komitee terkait.
    2. Pengembangan informasi tentang berbagai aspek dan kepentingan DKS melalui bank data & kerjasama dengan berbagai pihak.
  1. Peningkatan efektifitas komunikasi dan pelayanan informasi  di seluruh jajaran dan fungsionaris DKS , sebagai bagian penting dalam pengelolaan organisasi dan pengembangan aksi.
2. Kerjasama Kelembagaan.
  1. Peningkatan peran Dewan Kesenian Surabaya dalam membangun jaringan kerjasama di bidang pengembangan SDM, pendidikan dan latihan, pengembangan masyarakat , dan program-program lainnya dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau NGO serta para pihak sesuai prinsip dan kepentingan Dewan Kesenian Surabaya.
  1. Pengembangan komunikasi dan kerjasama khusus dengan komunitas komunitas seni dan budaya yang diarahkan pada pencapaian tujuan DKS yang produktif dalam berbagai bentuk program kerjasama, yang bersifat praktis untuk kepentingan bersama.
3. Dana Organisasi
Peningkatan penggalian dana yang lebih produktif. Seperti usaha yang bergerak di bidang kegiatan bisnis, seperti Event organizer dan usaha-usaha linnya yang telah dilakukan selama ini sehingga aliran dana bisa semakin berkembang untuk kepantingan finasial pelaksanaan program Kerja DKS.
E. KEBIJAKAN PROGRAM SKALA PRIORITAS DKS
  1. Mengupayakan terwujudnya kantor sekretariat DKS yang representatif, nyaman untuk aktivitas kerja.
  2. Penataan managemen administrasi kelembagaan yang lebih tertib, rapi sesuai ketentuan pedoman kerja organisasi
  3. Memfokuskan seluruh bidang program kerja seni budaya yang berorientasi pada ekonomi kreatif.
F. PROGRAM KERJA PERBIDANG
1. Bidang Penelitian dan Pengembangan
  1. Mengadakan kajian isu-isu strategis dan aktual baik mengenai penomena kehidupan sosial dan seni budaya,  melalui seminar, diskusi/kajian pakar, kajian buku dan kajian terbatas lainnya yang bersifat prioritas dan produktif sebagai masukan bagi pengembangan seni budaya di Kota Surabaya.
  2. Memaksimalkan peran dan fungsi Lembaga Penelitian dan Pengembangan              ( LITBANG ) Dewan Kesenian Surabaya.
  3. Melakukan penelitian-penelitian strategis dan prioritas, khususnya yang terkait dengan penomena kehidupan seni budaya masyarakat warga Kota Surabaya sebagai yang akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kota Surabaya dalam menentukan kebijakan dan perencanaan strategis di bidang seni budaya.
  4. Mempublikasikan hasil kajian dan penelitian sebagai informasi internal pada  kalangan komunitas seniman dan budayawan Kota Surabaya maupun secara ekstenal bagi masyarakat umumnya.
  5. Pengadaan sarana baca ( Perpustakaan ) yang representatif khususnya dokumen-dokumen dan pustaka terkait dengan aktivitas Dewan Kesenian Surabaya dan masyarakat luar ( buku, skripsi, tesis, disertasi, hasil penelitian, jurnal, majalah, koran, foto, rekaman tape, audio-visual, kliping, dan sebagainya) yang menjadi rujukan informasi publik, dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangannya.
  6. Penerbitan jurnal khusus, serta buku-buku Seni budaya dan dokumentasi kegiatan DKS  yang menjadi bahan informasi khusus bagi Komunitas Seniman dan budayawan Kota Surabaya dan masyarakat luas.
  7. Pengadaan base line dan database para seniman dan budayawan Kota Surabaya.
2. Bidang Ekonomi ( UKM & Koperasi )
  1. Membentuk Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Ekonomi kreatif.
  2. Mengupayakan adanya home production yang mampu mendukung pengembangan program ekonomi kreatif
  3. Pengembangan SDM pelaku ekonomi kreatif, pengembangan kewirausahaan dan usaha kecil dan koperasi yang konkrit dan produktif.
  4. Penggalangan kerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangan program ekonomi dan kewirausahaan di DKS.
  5. Menyeleggarakan Pelatihan-pelatihan usaha ekonomi kreatif produktif bagi pengusaha ( handicraft ) kecil menengah baik secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan lembaga lain.
  6. Mengkoordinir dan mengorganisir seluruh kegiatan ekonomi kreatif dan kewiraswastaan.
  7. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak , khusunya yang terkait bidang Pemberdayaan Ekonomi kreatif
3. Bidang Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan
3.1. Kesejahteraan Sosial ( Kesos )
  1. Melakukan usaha peningkatan kesejahteraan sosial bagi para seniman dan budayawan, dan kelompok-kelompok sosial yang memerlukan bantuan, dan kelompok kelompok sosial marginal lainnya dengan program aksi yang konkret.
  2. Mengupayakan adanya pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi, kurang mampu dan atau terkena musibah.
  3. Mengembangkan pola anak asuh non panti untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak dari keluarga kurang mampu.
  4. d. Membentuk Lembaga santunan untuk menghadapi bencana alam, kerusuhan social, kelaparan, dan bantuan untuk orang orang yang membutuhkan.
4. Kesehatan
a.  Mengupayakan adanya asuransi kesehatan bagi seniman dan budayawan DKS.
b.  Klinik mobil sebagai wujud kepedulian PPP Jatim dalam upaya membantu meningkatkan mutu pelayanan medik kepada masyarakat.
c. Menyelenggarakan kegiatan khitanan masal dan pengobatan gratis, medis maupun alternative bagi keluarga seniman  dan budayawan DKS yang dilaksanakan secara terpadu.
d.  Melakukan kerjasama dengan pihak pihak terkait untuk kepentingan pencapaian tujuan.
5. Bidang Seni Sastra
a.  Halte sastra
b.  Deklamasi
c. Temu Sastra Surabaya 2010
d.  Workshop
e.  Macapat
f. Cerita Cekak
g.  Guritan
h.  Diskusi
6. Bidang Seni Tari
a.  Tari anak
b.  Koreografer
c. Diskusi
d.  Surabaya dance forum
e.  Workshop
7. Bidang Seni Teater
a.  Pekan Drama Pelajar
b.  Festival teater anak
c. Festival teater mahasiswa
d.  Parade monolog
e.  Surabaya movemime
f. Menyelenggarakan Lomba monolog
g.  Workshop teater dan penyutradaraan
h.  Diskusi
i. Pagelaran ludruk 4 bulan sekali
8. Bidang Seni Rupa
a.  Pelatihan Seni Rupa
b.  Kompetisi pelukis cilik
c. Studio art works & exhibition
d.  Surabaya art competition & award
e.  Surabaya art fair 2010
9. Bidang Seni Musik
a.  Musik alternatif
b.  Forum studi komposisi musik
c. Forum pengamen
d.  Konser musik tradisional dan modern
e.  Lagu dan pencipta
E. P E N U T U P
Dalam menghadapi era baru dan dinamika kehidupan kota Surabaya yang sarat tantangan dengan kompleksitas permasalahannya, maka keberhasilan pelaksanaan program ini merupakan wujud aksi konkrit yang strategis dan nyata bagi pencapaian tujuan Dewan Kesenian Surabaya menuju masyarakat seni budaya yang utama yang diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Insya Allah dengan ketulusan dan kesungguhan, tanggung jawab serta keteladanan seluruh Jajaran Fungsionaris, DKS dapat mengambil peran dalam kehidupan seni budaya kota Surabaya.
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan pertolongan dalam bentuk kesehatan dan kekuatan, mengemban misi mulia ini. Amiin
Surabaya , …………..
DEWAN KESENIAN KOTA SURABAYA
BADAN PEKERJA HARIAN
Ketua Umum,                                                  Sekretaris,
ttd.                                                                        ttd.
SABROT D. MALIOBORO MUHAMMAD DARADJAT.

WS Rendra Dijuluki Si Burung Merak



Mengapa WS Rendra Dijuluki Si Burung Merak

Mengapa WS Rendra Dijuluki Si Burung Merak

Jum'at, 7 Agustus 2009 | 11:02 WIB
VIVAnews - Almarhum Willibrordus Surendra Broto Rendra atau WS Rendra dikenal dengan sebutan Si Burung Merak. Julukan burung dengan keindahan di bagian ekor itu ternyata berawal dari Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta, sekitar tahun 1968.

Awal mula 'gelar' Burung Merak yang melekat itu diceritakan kerabat Rendra, Edi Haryono, saat melayat WS Rendra di Bengkel Teater, Depok, Jawa Barat, Jumat, 7 Agustus 2009.

Sekitar tahun 1968, WS Rendra kedatangan sahabat bule-nya dari Australia. Saat itu, pria kelahiran 7 Nopember 1935 itu masih tinggal di Yogyakarta. "Tapi nama temannya dari Australia itu saya lupa," kata Edi.

Rendra ingin menghibur dan memperkenalkan budaya Indonesia. Rendra pun mengajak si rekan bule-nya itu jalan-jalan ke Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta.

Rendra menjadi guide temannya itu dari satu kandang ke kandang lain di dalam kebun binatang. Di setiap kandang, Rendra dan si rekannya tadi hanya melihat-lihat sejenak.

Tiba-tiba, Rendra mengajak sohibnya dari Aussie itu ke kandang Burung Merak. Saat itu ada tiga ekor Burung Merak jantan yang sedang mengembangkan ekornya. Keindahan ekor Merak yang warna-warni itu memukau keduanya.

"Kok saya diajak kesini (kandang Burung Merak)?" kata Edi menirukan rekan bule Rendra waktu itu. "Rendra pun menjawab, itu (Burung Merak) saya," ujar Edi. Si teman bule tadi memuji dan berkata, "Iya bagus. Itu cocok dengan kamu," kata Edi lagi.

Sejak itulah, si bule tadi menyebut Rendra dengan sebutan Si Burung Merak. Media cetak pun satu per satu juga membantu mempopulerkan sebutan itu. Rendra sangat senang dijuluki seniman Si Burung Merak.

ismoko.widjaya@vivanews.com

Resep Wedang Uwuh Asli Imogiri Yogyakarta


Resep Wedang Uwuh
Resep Wedang Uwuh

Salah satu resep tradisional yang masih eksis sampai sekarang adalah resep minuman Wedang Uwuh. Wedang Uwuh merupakan minuman khas Imogiri, Kecamatan Bantul, Provinsi DIY. Pada awalnya wedang uwuh hanya ada di satu angkringan di dekat makam keluarga raja mataram saja, namun sekarang sudah banyak yang mengenal dan mengkonsumsi Wedang Uwuh diberbagai angkringan di Jogja bahkan sudah ada juga di daerah lain meski tidak sebanyak di Jogja. 

Asal kata uwuh berasal dari Bahasa Jawa, jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah sampah dedaunan. Dalam perkembangannya, kata uwuh juga bermakna sampah secara umum, sehingga mengesankan kotor dan becek. Nama Wedang Uwuh justru mengundang orang untuk datang, karena penasaran akan kesegaran dan khasiat yang dimilikinya. Sedangkan kata wedang juga berasal dari Bahasa Jawa yang artinya adalah minuman. 

Sehingga Wedang Uwuh adalah minuman yang bahan bakunya dedaunan. Bahan bakunya rempah khas Indonesia, yaitu daun dan ranting cengkeh, daun pala, daun manis jangan, kayu secang, jahe, ditambah gula batu. Macam-macam rempah itu diseduh dengan air mendidih, kemudian diseruput sedikit demi sedikit. Air panas yang digunakan untuk menyeduh sebaiknya air mendidih yang dimasak di atas arang menggunakan anglo karena aromanya lebih nikmat dan panasnya lebih lama.

Selain enak ternyata Wedang Uwuh juga memiliki khasiatnya yang banyak. Wedang Uwuh dapat menyembuhkan batuk, capek, masuk angin, pegal, dan kembung, hal ini  dikatakan oleh Sudaryadi (40 tahun) anak sulung Ny Wajirah (58 tahun) cikal bakal munculnya Wedang Uwuh di situ. 

Ternyata bahan dan cara membuat Wedang Uwuh sangat mudah didapat dan sangat mudah dibuat. Bahkan sudah ada bahan-bahan Wedang Uwuh sachet dengan harga yang terjangkau sekitar 2000 sampai 7000 rupiah. Bagi anda yang sudah pernah merasakan kehangatan dan kenikmatan Wedang Uwuh tentu merasa ketagihan, terkecuali anda tidak suka olahan asli rempah-rempah. 

Wedang Uwuh paling nikmat dimunum ketika malam hari karena disaat cuaca malam yang dingin dan anda meminum minuman yang hangat pasti terasa lebih baik. Di zonamakan.blogspot.com kali ini kami akan berbagi Resep Wedang Uwuh asli Imogiri Yogyakarta yang nikmat dan berkhasiat tingggi. Berikut Resep Wedang Uwuh dari kami.

Bahan Resep Wedang Uwuh:

  1. 700 ml air.
  2. 40 gram serutan kayu secang kering.
  3. 50 gram gula batu atau gula pasir.
  4. 6 cm jahe , memarkan.
  5. 2 lembar daun kayu manis kering.
  6. 3 lembar daun cengkeh kering.
  7. 3 lembar daun pala kering.
  8. 10 butir cengkeh atau batang cengkeh kering. 

Cara Membuat Resep Wedang Uwuh :

  1. Bakar jahe, lalu dimemarkan.
  2. Tuang air dalam panci. Masukkan jahe, cengkeh atau batang cengkeh, daun cengkeh, daun kayu manis, daun pala, serutan kayu secang, jahe, dan gula batu.
  3. Masak dengan api sedang hingga mendidih.
  4. Rebus selama kurang lebih 15 menit.
  5. Angkat dan saring (Bisa juga dihidangkan tanpa disaring).
  6. Tuang ke dalam gelas, lalu hidangkan hangat.
Perlu anda ketahui kalau warna air yang merah cerah terbentuk dari air seduhan secang. Bau harum muncul dari aroma kayu manis. Rasa hangat-pedas terbentuk dari jahe dan dedaunan rempah lainnya. Demikian Cara Membuat dan Resep Wedang Uwuh khas Imogiri Yogyakarta yang hangat dan menyehatkan. Selain resep minuman juga banyak resep makanan yang kami sajikan khusus untuk anda, salah satunya adalah Resep Salad Buah dan Sayur Sehat Segar. Selamat mencobanya di dapur kesayangan anda. Semoga bermanfaat

DEWAN KESENIAN JAKARTA

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 
adalah sebuah lembaga yang mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Provinsi DKI Jakarta [1]dan dibentuk oleh masyarakat seniman. Lembaga ini dan dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 17 Juni 1969. Pada awalnya anggota pengurus Dewan Kesenian Jakarta diangkat oleh Akademi Jakarta, yaitu para budayawan dan cendikiawan dari seluruh Indonesia. Kini seiring dengan berjalannya waktu, pemilihan anggota DKJ dilakukan secara terbuka, yaitu melalui pembentukan tim seleksi yang terdiri dari beberapa ahli dan pengamat seni, selain anggota Akademi Jakarta sendiri. Nama-nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah 3 tahun. Sebagian besar kegiatan DKJ berasal dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. DKJ bekerjasama lembaga-lembaga nirlaba, perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap seni-budaya, dan dengan dewan kesenian kabupaten/kota/provinsi lainnya, tapi hierarkhi dan pengelolaan organisasi dilakukan secara otonom.

Tugas dan fungsi

Lembaga merupakan mitra kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertugas ikut merumuskan arah kebijakan guna mendukung pembangunan dalam bidang pengembangan kesenian yang tercermin dalam bentuk program tahunan yang diajukan, dengan menitikberatkan pada skala prioritas masing-masing komite. Anggota DKJ berjumlah 25 orang, terdiri dari para seniman, budayawan dan pemikir seni, yang terbagi dalam 6 komite: komite film, komite musik, komite sastra, komite senirupa, komite tari, dan komite teater. Dewan Kesenian Jakarta juga menyelenggarakan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta [2].

Jenis kegiatan


  • Penelitian
  • Pengembangan
  • Pendokumentasian karya dan kegiatan
  • Kajian seni-budaya (diskusi, seminar, workshop, pelatihan)
  • Festival
  • Pengiriman duta seni
  • Kerjasama dengan lembaga-lembaga lain
  • Penyediaan wahana apresiasi (pertunjukan seni, pemutaran film, pameran/gelar karya)

Jumat, 05 Juni 2015

RPA jakarta


Kamis, 04 Juni 2015

TEASER SAMBUT RPA 1436 H