Islamic Painting Club

Islamic Painting Club
Karya : GUNUNG SUKATON, Pengelola SEKAR IMAGE

Senin, 02 September 2019

Model ujian dari Allah Swt pada manusia

Fir’aun, Haman dan Qarun

(Model ujian dari Allah Swt pada manusia)

Jumat, 6 Juni 2014 |

Oleh: Sufriyansyah. Surat Al-Qashash (surat ke-28 dalam Al-Qur'an) merupakan surat yang paling lengkap memuat kisah perjalanan hidup Nabi Musa a.s. Diantara kisah-kisah yang diabadikan Al-Qur’an adalah kisah Musa dengan Fir’aun, Haman dan Qarun. Satu kisah menceritakan bagaimana Musa menghadapi arogansi dan kezaliman Fir’aun dan Haman, sedangkan kisah yang lain menceritakan bagaimana kesabaran Musa diuji oleh kekikiran dan kesombongan Qarun. Dua episode kisah Nabi Musa dengan ketiga sosok manusia di atas selain menjadi ibrah (pelajaran), juga sebagai peringatan bagi manusia bahwa ketiga karakter tersebut sangat mungkin hadir kembali di kehidupan saat ini.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa Nabi Musa hidup semasa dengan ketiga orang tersebut. Allah mengutus Musa kepada Fir’aun, seorang raja yang memiliki kekuasaan tak terbatas di Mesir masa itu. Ia adalah raja yang kejam dan angkuh sehingga mengaku dirinya sebagai Tuhan. Dalam surat Al-Qashash ayat 8-9 dijelaskan bahwa sewaktu bayi Musa ditemukan oleh istri Fir’aun di Sungai lalu kemudian diangkat menjadi anaknya. Walaupun sebagai anak angkat Fir’aun, pada akhirnya Musa berbalik melawan Fir’aun karena kedurhakaannya kepada Allah.

Adapun Haman merupakan orang dekat Fir'aun. Ia menempati beberapa posisi penting kerajaan sebagai menteri dan penasehat raja (bidang keagamaan). Nama "Haman" dalam Al-Qur'an pernah diperdebatkan oleh sebagian orientalis karena tidak pernah tertulis dalam Taurat. Tetapi, nama Haman ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang hidup kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa.
Namun, perdebatan itu menemui titik terang setelah ditemukannya prasasti "Batu Rosetta" tahun 1799. Pada prasasti itu tersingkap nama "Haman" yang menunjukkan hubungannya dengan Fir'aun. Dalam pengkajian Al-Qur'an, diidentifikasi bahwa Haman muncul setelah kembalinya Musa dari Madyan dan mati bersama Fir'aun dan tentaranya dalam peristiwa pelarian Bani Israel dari Mesir (http://wikipedia.org).

Haman adalah tipe manusia cerdas yang menggunakan ilmunya untuk mencari kekayaan dan kedekatan dengan penguasa zalim. Haman diperintah oleh Fir'aun untuk membuat menara yang akan digunakan Fir'aun untuk melihat Tuhan Musa (lihat Q.S. 28: 38). Haman juga yang menasihati Fir'aun untuk menolak dakwah nabi Musa dan mengusulkan agar Fir'aun membunuh setiap pria dan menodai setiap wanita diantara para pengikut Musa. Nama Haman disebutkan Al-Qur’an dalam beberapa surat, diantaranya dalam surat Al-Qashash ayat 6 dan 38, surat Al-Mu'min ayat 36-37, serta surat Al-Ankabut ayat 38.

Sedangkan Qarun adalah seorang kaum Nabi Musa dan termasuk salah seorang anak Paman Nabi Musa. Ia dikaruniai kekayaan harta benda yang tidak terhitung jumlahnya. Ia hidup mewah dan selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan. Begitu banyak harta kekayaannya sehingga kunci-kunci gudang penyimpan hartanya sungguh berat dipikul oleh beberapa orang pembantunya (lihat Q.S. 28: 76).

Allah mengutus Musa kepadanya seperti kepada Fir'aun dan Haman. Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perintah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Tetapi Qarun menolak perintah itu dan menuduh Musa ingin memperkaya diri melalui agama barunya. Ia dengan sombong mengatakan bahwa harta kekayaannya adalah hasil usahanya sendiri. Al-Qur’an mengabadikan perkataan Qarun: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku” (QS. 28: 78). Akhirnya, nasib yang menimpa Qarun tidak jauh berbeda dengan yang dialami Fir’aun dan Haman. Allah menenggelamkan Qarun beserta hartanya ke dalam perut bumi.

Simbol Manusia Durhaka
Allah telah memberikan perumpamaan yang sangat jelas kepada manusia bahwa Fir’aun, Haman dan Qarun adalah tiga tokoh yang memiliki kesesatan pada bidangnya masing-masing. Mereka adalah simbol manusia-manusia durhaka dengan keangkuhan yang rapuh. Fir’aun adalah simbol kekuasaan, Haman adalah simbol pengetahuan, dan Qarun adalah simbol kekayaan. Ketiganya tenggelam ditelan laut dan bumi karena mereka menafsirkan bahwa kekuasaan, pengetahuan dan kekayaan yang mereka miliki adalah atas usahanya sendiri dengan menafikan keberadaan Tuhan.

Kekhawatiran akan munculnya tokoh-tokoh berkarakter Fir’aun, Haman dan Qarun di zaman ini semakin terbukti kenyataannya. Munculnya para pemimpin diktator, para ilmuan dan intelektual yang menggadaikan ilmunya demi keuntungan pribadi, dan para pengusaha yang semakin rakus dalam mengeksploitasi kekayaan negara dan rakyat adalah tanda-tanda kemunculan Fir’aun, Haman dan Qarun abad modern. Mereka adalah manusia yang selalu khawatir jika kekuasaan, jabatan dan hartanya akan jatuh ke tangan orang lain sehingga dengan segala cara mempertahankan apa yang mereka miliki.

Munculnya penguasa-penguasa zalim yang menindas rakyatnya kini dapat kita saksikan di berbagai belahan bumi. Khususnya di negara-negara muslim rakyatnya terus menderita akibat perang dan penjajahan. Sejarah mencatat bagaimana umat Islam dihabisi di Bosnia, Kosovo, Etnis Rohingya di Myanmar, Palestina dan Suriah. Bahkan di tempat lahirnya Fir’aun sendiri di Mesir, saat ini ada ribuan pendukung Mohammad Mursi dan anggota organisasi Ikhwanul Muslimin (IM) Mesir terancam hidupnya dengan hukuman mati dan penjara seumur hidup. Mereka dikurung dalam ruangan kecil berkawat rapat tanpa diberi kesempatan membela diri (Azyumardi Azra, 2014 dalam http://www.republika.co.id).
Apakah ciri-ciri utama Fir'aun, Haman dan Qarun?

Fir’aun adalah simbol penguasa diktator. Kediktatoran mencirikan kekuasaan absolut yang selalu memahami kebenaran berdasarkan versinya sendiri, kekuatan politik yang menteror, bertindak sewenang-wenang, menindas kaum lemah dan menghancurkan musuh tanpa ampun.

Haman adalah simbol kecerdasan tanpa moral. Ia menggunakan pengetahuan dan kepintarannya untuk mendapatkan kedudukan yang menguntungkan diri sendiri. Ia adalah tipe pejabat dan inteletual yang memilah-milah ilmunya hanya untuk menyenangkan penguasa.

Sedangkan Qarun adalah simbol kekayaan. Ia adalah tipe pengusaha sukses yang suka menumpuk harta tanpa mempedulikan nasib orang lain.
Maju mundurnya suatu negara atau masyarakat sangat ditentukan oleh faktor-faktor dominan seperti politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah sebabnya Islam menekankan bahwa kekuasaan harus dipegang oleh pemimpin yang adil dan amanah. Suatu kepemimpinan akan semakin baik jika ditopang dengan kekuatan politik dan ekonomi serta didukung oleh ulama-ulama shalih yang berfungsi mengoreksi kebijakan-kebijakan pemimpin yang lari dari nilai-nilai agama. Sebaliknya, jika kepemimpinan dipegang oleh penguasa yang zalim dan tidak amanah maka rakyatlah yang paling menderita.
Hal yang lebih mengerikan adalah jika manusia sejenis Fir’aun, Haman dan Qarun muncul bersamaan di masa kini, lalu bersekongkol dan berkoalisi untuk menguasai suatu negara. Ketika penguasa zalim, pengusaha serakah dan intelektual (ilmuan) jahat telah berkolusi untuk mengelabui dan menindas rakyat maka kerusakan dan kehancuran suatu masyarakat tinggal menunggu waktu. Semoga pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia mendatang tidak menghasilkan pemimpin yang berkarakter seperti ketiga manusia di atas.***

*Penulis adalah pendidik. Alumnus PPs IAIN SU Prodi Pemikiran Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa komentar anda?