AKU DI JALAN
Oleh : G.
Sukaton
Dengan bekal doa dan niat yang kuat
aku bergegas kembali ke jalan menyapa kehidupan.
Tempat kami dulu dengan senang hati menyemai
benih-benih perjuangan, bukan kebencian.
Bersama segenggam semangat yang
sudah kian matang dan terus kami emban.
Tidak lupa kubawa serta anak-anak jaman
yang sudah dibesarkan oleh waktu sebagai teman.
Maka terimalah setiap tetes peluh
dan letih persembahan kecil ini sebagai doa ya Robbal ‘alamin.
Kaki-kaki penopang tubuh renta ini
memang sudah tidak sekuat dulu lagi
Tapi mohon biarkanlah aku tetap
berdiri paling depan menghadang setiap terpaan menjadi pagar bagi siapa yang
disakiti
Meski sendi-sendi mulai gemetar dan
keringat terus mengucur dari kulit keriput ini
Ku harap dapat menjelma menjadi sungai
harapan yang akan mengalirkan generasi terbaik negeri ini
Menjadi gelombang pasang samudera peradaban
manusia yang selama berabad di nanti.
Berhembuslah angin perubahan agar
reda rasa sakit yang kian tak tertahankan mendera zaman Tumbuhkan keberanian dalam
benak kami untuk merubuhkan bangunan keserakahan kaum tiran Bangunkan kesadaran
jiwa-jiwa yang terlalu lama di nina bobokan, agar segera tegak dan kokoh kembali
tiang-tiang persaudaraan.
Luluh lantakan jaringan kejahatan dan
rumah-rumah kesombongan dari dalam hati dan ingatan
karena kebodohan dan kebohongan yang
tealh menjadi berita harian harus segera dihentikan.
Dimanakah para pencari ilmu
bersembunyi, kemanakah para pemberani berjiwa suci pergi.
Jangan biarkan jalan ini menjadi
sunyi tanpa seruan menggetarkan udara pagi.
Marilah mendekat kesini, temani aku
menempuh perjalanan menyongsong cahaya Ilahi.
Mari mendekatlah ke sini bergerak ditengah
genangan keringat rakyat yang terus diperas kekuatan asing yang mengangkangi
negeri.
Lihatlah betapa nestapanya nasib
generasi negeri ini jadi permainan saudaranya sendiri.
Kembalilah wahai para pemberani yang
dulu pernah berjaya menjaga perbatasan tanah subur.
Hutan gundul tak mampu menampung
curahan air hujan menyerap kedalam benak bumi yang gembur.
Karena kekayaan alam yang melimpah dibiarkan
dijarah para pendatang menjadi berita setiap hari. Maka sempurnalah cerita duka
di negeri khatulistiwa ini
karena gerombolan para pencuri yang
kebal hukum sudah berteman akrab dengan para petinggi.
Bogor, 7
September 2022