Mengapa manusia wajib belajar?
Bagaimana
belajar efektif dan sesuai dengan fitrah manusia?.
Apakah
al Qur’an menunjuki manusia cara belajar?.
Firman
allah Swt.:
“Mereka itulah orang-orang
yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan
mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QTS. An Nahl[16]:108)
Pada hakikatnya belajar adalah salah
satu bentuk ibadah dan tanda ketundukan manusia sebagai makhluk kepada Al
Khaliq. Karena itu aktifitas belajar harus diawali dengan niat yang lurus
dengan maksud mendekat untuk ta’at pada Allah. Dan niat adalah pekerjaan hati,
sementara Allah Maha Mendengar bisikan hati yang paling dalam dan paling halus
sekalipun. Maka niat harus dilakukan dengan sadar dan ikhlas.
Sebagai seorang makhluk yang
diciptakan, sebenarnya manusia tidak memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu dengan
benar bila Allah Swt tidak ridha atas apa yang di pelajari tersebut. Maka
setelah Allah menuntup pintu hati, pendengaran dan telinga kita sebagai sarana
belajar, tidak ada lagi yang dapat dipahami oleh manusia, selain kesia-siaan
saja.
Bahkan apapun yang kita rasa sebagai
ilmu dan pemahaman yang didapat melalui proses belajar, sesungguhnya hanyalah
sarana yang akan menyeret manusia ke jurang kehancuran baik di dunia maupun di akhirat,
bila tidak mendapat petunjuk Allah Swt.
Firman Nya :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(QTS.
Al A’raaf[7]:179)
Oleh
sebab itu, belajar yang efektif haruslah mengikuti petunjuk dan bimbingan dari
Allah Swt sebagai pencita manusia.
Firman
Nya :
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (QTS.
Ali Imran[3]:191)
Maka
dari dua ayat diatas dapatlah di tarik kesimpulan, bahwa Allah Swt telah memberikan
beberapa potensi sebagai sarana untuk belajar pada manusia yakni :
1.
hati yang dipenuhi keimanan pada
Allah swt, sehingga senantiasa tunduk dan ridha pada ketetapan yang sudah
dijelaskan dalam hukum syara serta senantiasa berjuang dengan sekuat tenaga
untuk patuh dan taat pada semua perintah dan larangan Nya.
Inilah yang dimaksud “takwa dengan sebenar-benar takwa. Ini pula target pendidikan hati.
Dengan niat yang
lurus menjadikan aktifitas belajar hanya ditujukan untuk beribadah pada Allah
dan memenuhi seruan Nya, maka belajar jadi lebih mudah dan terarah.
“Hidupnya
hati kalau didalam nya ada rasa iman, matinya (hati) kalau didalamnya terdapat
dorongan kekufuran, sehatnya (hati) kalau seseorang selalu melaksanakan
ketaatan, sakitnya (hati) kalau seseorang selalu tekun mengerjakan perbuatan
maksyiat, bangun tegaknya (hati) kalau seseorang selalu berdzikir kepada Allah,
tidurnya (hati) kalau seseorang lalai mengerjakan perintah Allah SWT.” (HR.
Tirmiziy)
2.
Akal, Sesungguhnya yang membedakan
manusia dari makhluk hidup yang lain adalah diberikan nya akal. Maka sangat
relevan bila Allah swt, mengingatkan pada manusia agar mengoptimalkan fungsi
akalnya dalam memahami tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam raya.
Firman Nya :
“Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal.” (QTS. Yusuf[12]:111)
Dan firman Nya:
“yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah
orang-orang yang mempunyai akal.”
(QTS. Az Zumar[39]:18)
Untuk lebih jelas
lagi meyakini fungsi strtegis akal manusia sebagai sarana belajar, mari kita
telisik ayat di bawah ini :
“Apakah
kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QTS.az Zumar[39]:21)
Sekarang jelas lah
mengapa Islam mengatur dalam hukum syara tentang penting nya memelihara akal
dari kerusakan. Hakikatnya meminum khamer itu dapat merusak fungsi akal, maka
syara mengharamkan nya. Demikian juga alasan syara melarang seorang muslim mengkonsumsi
obat-obatan terlarang, karena dapat berdampak melemahkan dan merusak fungsi
akal yang menjadi sarana penting untuk belajar itu.
Tidak hanya untuk
belajar dalam pengertian umum, bahkan belajar untuk meyakini eksistensi
kekuasaan Allah SWT. Fungsi akal juga memiliki peranan penting, firman Nya :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QTS.
ali Imran[3]:190)
3.
Panca indra, yang senantiasa terjaga
dari aktifitas segala macam kesia-siaan dan kemaksiatan. Pancan indra yang senantiasa
menghindari kemaksiatan menjadi tajam dan peka, dengan begitu manusia mampu
mencerap semua tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang ada di alam
semesta, baik di darat, laut, maupun udara. Dari aktifitas belajar yang
diridhai Allah pasti akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat bagi peradaban
manusia. Cobalah amati dengan seksama, sebagian besar para ilmuwan muslim
periode awal adalah para fuqoha yang memahami hukum syara dengan baik. Hal
tersebut menunjukan satu hal, yakni landasan ilmu yang paling kokoh adalah
ketaatan pada Allah SWT.
Hati
memiliki peranan yang utama dan menentukan baik buruknya kualitas manusia
dihadapan Allah. Hal ini dengan jelas Allah tunjukan dalam firman Nya :
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QTS. Al Hajj[22]:46)
Lalu apa saja yang boleh
menjadi objek pengamatan dalam proses belajar bagi manusia?
Apakah Islam membatasi objek yang boleh dipelajari
manusia?
Mari kita hayati dengan seksama beberapa ayat, petunjuk
yang sudah diberikan Allah SWT dalam al Qur’an dibawah ini.
Firman Nya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”(QTS.al Baqarah[2]:164)
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan”
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta bagaimana dia diciptakan,”(QTS.al Ghasyiyah[88]:17)
Dari ayat tersebut
diatas Allah Swt dengan jelas mengarahkan perhatian manusia pada :
penciptaan alam raya yang sangat luas,
kelahiran manusia di dunia yang sangat dramatik,
dan hidup yang penuh misteri.
Yang demikian
tersebut ditujukan agar manusia sungguh-sungguh merenungkan tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT dengan akal yang sudah dianugerahkan Nya, sebagai salah
satu bukti kekuasaan Nya.
Sungguh dengan
mengamati dan memikirkan ciptaan Allah yang ada dialam raya akan melejitkan potensi
kecerdasan manusia.
Adakah manusia yang
mau mengambil pelajaran?
Bagaimanakah Allah
mengajari manusia?
Firman Nya :
تَعْلَمُونَ تَكُونُوا لَمْ مَا عَلَّمَكُمْ كَمَا
“sebagaimana
Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al
Baqarah[2]:239)
Pada hakikatnya
Allah lah yang telah mengajari manusia satu per satu dengan kalam Nya sehingga
dia dapat mengetahui sesuatu yang semuala tidak diketahuinya bahkan tidak
terpikirkan dalam benak.
Firman Nya :
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,” (QTS. Al Baqarah[2]:31)
Bagaimanakah kondisi manusia bila tidak mau
belajar?
Sebuah
penelitian menemukan fakta bahwa bila manusia tidak belajar dalam waktu yang
lama maka kecerdasan nya akan mengalami penurunan signifikan.
Itulah
sebab nya Islam dari awal kedatangan nya, memerintahkan kaum muslimin untuk
belajar mulai dari liang rahim sampai liang lahat. Para pemikir pendidikan
barat baru menyadari hal tersebut di abad duapuluhan dengan statement long life educations.
Di
masa keemasan daulah Khilafah, pada saat kehidupan kaum muslimin masih diatur
oleh hukum syara, aktifitas belajar selalu dikaitkan dengan Islam sebagai
ideologi negara.
Perhatian
Khalifah juga sangat tinggi pada pendidikan, sehingga aktifitas belajar
mendapat tempat yang istimewa dan senantiasa diatur dan dilayani oleh negara
dengan alokasi anggaran yang besar.
Hal
tersebut dapat dilihat dengan fasilitas belajar yang sangat lengkap berupa
tenaga pengajar yang profesional dan dibayar mahal oleh negar dan perpustakaan
yang memiliki koleksi buku lebih dari cukup untuk dimanfaatkan oleh kaum
muslimin tanpa ada pungutan biaya. Hasil nya selama rentang waktu hampir tiga
belas abad, Islam menjadi barometer peradaban dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar anda?